Thursday, July 31, 2008

Istilah dalam resep

Halfian Tags

Singkatan singkatan resep
1
a, aa ,xxx
ana
Dari masing-masing
2
a. c.
Ante coenam
Sebelum makan
3
ad in lag.gutt.
Ad in lagenam guttatorium
Dalam botol tetes
4
ad. part. dolent.
Ad partes dolantes
Di tempat yang sakit
5
ad us.ext. (a.u.e)
Ad usus externum
Untuk pemakaian luar
6
ad.us.int. (a.u.i)
Ad usus internum
Untuk pemakaian dalam
7
ad usus prop.
Ad usus propium
Untuk pemakaian sendiri
8
add, ad.
Adde
Tambahkan
9
ag it.
Agits, agitetur
Kocok, hendaknya dkocok
10
agit.a.sum.
Agita ante sumendum
Kocok sebelum dipakai
11
alt.dieb.
Ateris diebus
Sesudah sehari, setiap dua hari
12
a.d.
Auris dextra
Telinga kanan
13
a.l.
Auris laeva
Telinga kiri
14
b.d.d.c.
Bis de die cochlear
Dua kali sehari satu sendok makan
15
b.i.d.
Bis in die
Dua kali sehari
16
c.c ( coch. cib)
Cochlear cibarum
Sendok makan
17
c.th.
Cochlear thea
Sendok teh
18
d.c.
Durante coenam
Sementara makan
19
d.t.d.
Da tales dosis
Dengan dosis demikian
20
da, det.
Da , detur
Berikan
21
f.l.a.
Fac lege artis
Buatlah menurut keahlian
22
gtt.
Guttata
Tetes
23
h.d
Hora decubitus
Jam tidur
24
h.m
Hora matutima
Pagi hari
25
haust.
Haustus
Sekali teguk, minum sekaligus.
26
in.d
In dies
Sehari, dalam sehari
27
In.lag.ben.obt
In lagena bene obturata
Dalam botol tertutup rapat
28
i.m.m
In manus medici
Serahkan ke dokter
29
inmitt, in. lag
Inmitte, in lagena
Masukkan dalam botol
30
m.
Misce
Campur
31
m.f
Misce fac
Campur dan buat
32
m.d.s
Misceda signa
Campur dan buat aturan pakai
33
m.et.v
Mare et vaspare
Pagi dan senja
34
m.i
Mihi ipsi
Untuk saya sendiri
35
No.
Numero
Jumlah
36
non.in lag.org
Non in lagena originale
Jangan diberikan dalam botol aslinya
37
o.b.h.c
Omni bihorio cochlear
Tiap dua jam 1 sendok makan
38
o.h
Omni hora
Tiap jam
39
o.4.h.c
Omni cuatuor hora cochlear
Tiap empat jam 1 sendok makan
40
o.t / o.v
Omni nocte / omni vaspare
Tiap malam / tiap sore
41
O2
Kedua belah mata
42
o.d.s
Oculus dextra sinistra
Mata kanan dan kiri
43
p.d.sing
Pro dosis singulari
Takaran tunggal, sekali pakai
44
p.c
Post coenam
Sesudah makan
45
p.r.n
Pro renata
Jika diperlukan
46
Pulv
Pulvis, pulveres
Serbuk terbagi, serbuk tak terbagi.
47
q.s
Quantum satis
Secukupnya
48
s.
Signa
Tandailah
49
s.o.o
Sit opus sit
Bilamana perlu
50
sin.confec
Sine confectione
Tanpa pembungkus asli
51
s.u.e
Signa usus eksternum
Tandailah obat luar
52
s.u.c
Signa usus coenitus
Tandailah tahu pakai
53
s.l
Saccharum laetis
Gula susu

Thursday, July 3, 2008

DBD pada anak

Halfian Tags
demam-berdarah-dengue
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah suatu penyakit akut yang terutama menyerang anak yang disebabkan oleh virus dengue dengan gejala utama demam dan manifestasi perdarhan pada kulit ataupun bagian tubuh lainnya dan bertendensi menimbulkan renjatan dan dapat berlanjut pada kematian.

Diagnosis

Ditegakkan berdasarkan patokan kriteria WHO (1975) dengan spesifikasi yang telah ditetapkan pada peremuan POKJA DBD di Ciloto maret 1994.

A. Klinik

1. Demam tinggi, mendadak, berlangsung terus menerus sekana 2-7 hari.
2. Manifestasi perdarahan baik melalui uji torniquett maupun perdarahan spontan pada kulit (peteki, ekimosis, memar) maupun perdarahan pada organ lainnya (epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, emesis dan melena).
3. Hepatomegali
4. Renjatan yang ditandai oleh nadi cepat dan lemah sampai tak teraba, tekanan nadi menyempit (

B. Laboratorium

1. Trombositopenia : trombosit kurang dari 150.000/mm3 atau penurunan progresif pada pemeriksaan periodik disertai waktu perdarahan yang memanjang.
2. Hemokonsentrasi : hematokrit pada saat masuk kerumah sakit > 20 % atau meningkat secara progresif pada pemeriksaan periodik.


Diagnosis ditegakkan bila terdapat 2 kriteria klinik dan 2 kriteria laboratorium. Di Indonesia sendiri, kriteria-kriteria ini perlu dilengkapi dengan gejala-gejala klinik yang menjurus pada ensefalopati dan gejala-gejala seperti nyeri perut dan muntah-muntah.


Untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan trombosit pada saat masuk rumah skit setiap 6 jam sekali (minimal 2 kali berturut-turut, terutama bila trombosit dalam batas normal). Pemeriksaan hematokrit 3x berturut-turut setiap 1-2 jam kemudian secara periodik setiap 6 jam.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Foto Thoraks lateral dekubitus kanan = terdapat efusi pleura dan bendungan pembuluh darah. Keadaan ini sangat menunjang diagnosis DBD.
b. Darah rutin. Hb,lekosit, hitung jenis (limfosit plasma biru 6- 30 %)
c. Serologis. HI test dengan cara paper, filter disc. Pengambilan sampel darah 2 kali yakni saat masuk RS dan waktu pulang.
d. Tes waktu perdarahan dengan tekhnik IVY. Nilai normal = 1-7 menit)

DERAJAT BERATNYA DBD

Penggolongan derajat ini terutama bertujuan untukmenentukan jenis tindakan penanganan yang harus dilakukan. Disusun berdasar atas ketetapan WHO tahun 1975.
  1. Derajat I : Demam disertai gejala infeksi tak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan ialah uji tourniquet (+).
  2. Derajat II : Derajat I ditambah perdarahan spontan di kulit atau bagian tubuh lainnya.
  3. Derajat III : Renjatan (kegagalan sirkulasi)yangditandai dengan nadi cepat dan lembut, tekanan nadi menurun )
  4. Derajat IV : renajatn dalam dengan nadi tak teraba dan terisi tak teratur.

TATA LAKSANA PENGOBATAN DBD

Pada dasarnya pengobatan DBD bersifat simptomatik dan suportif (karena etiloginya dalah virus). Tujuan pengobatan itu sendiri adalah untuk mengganti cairan intravaskuler (volume plasma) yang hilang. Dan memperbaiki Keadaan Umum (KU) penderita.

Jenis tindakan :

a. Penggantian cairan

i) DBD tanpa renjatan :
  1. Minum banyak, 1,5 sampai 2 liter air dalam satu hari. Berupa air teh manis, sirup, air gula, susu, air buah atau oralit.
  2. Pemberian cairan intra vena (IV) nanti bila :
    (a) Penderita muntah-muntah terus
    (b) Intake tidak terjamin
    (c) Pada pemeriksaan berkala hematokrit, betendensi mengalami peningkatan terus.
  3. Jenis cairan adalah RL dan jumlahnya disesuaikan dengan jumlah cairan untuk mengatasi diare dehidrasi sedang, yaitu dengan mempertimbangkan PWL, NWL, dan CWL :
    (a) BB 3-10 kg : 205 ml/kgBB/24 jam
    (b) BB 10-15 kg : 175 ml/kgBB/24 jam
    (c) BB 15-25 kg : 140 ml.kgBB/24 jam 
  4. Secara praktisnya cairan dapat diberikan sekitar 10 ml/kgBB/menit dan infus diberikan dalam waktu 24 jam. Apabila infus lanjutan diperlukan, maka hanya dengan memperhitungkan CWL dan NWL saja, atau kurang lebih 5-7 ml/kgbb/menit (1,5-2 tetes/kgBB/menit)
ii) DBD dengan renjatan :
  1. Derajat III : infus dengan RL dengan kecepatan 20 ml/kgBB/menit hingga tekanan darah sistole > 80 mmhg, nadi jelas teraba dan amplitudonya cukup besar (biasanya dicapai dalam waktu 1 jam). 
  2. Derajat IV : infus RL dengan diguyur atau dapat dibolus 100 – 200 cc (bila jumlah tetesan yang diharapkan tidak tercapai), sampai nadi teraba dan tensi mulai terukur. Biasanya keadaan ini mulai dicapai dalam waktu 15-30 menit.
  3. Bila renjatan telah teratasi, kecepatan tetesan diubah menjadi 10 ml/kgBB/menit selama 4-6 jam. Bila keadaan umum tetap baik, jumlah cairan yang diberikan disesuaikan dengan keadaan klinis vital dan nilai hematokrit yaitu biasanya sekitar 5-7 ml/kgBB/menit (1,5-2 tetes/kgBB/menit). Cairan yang digunakan adalah RL : Dekstrosa 5 % = 1 : 1. Infus dipertahankan selama 48 jam setelah renjatan teratasi.
  4. Pada renjatan berat atau renjatan tak berat yang dengan pemberian infus dengan cara dan kecepatan yang dianjurkan tidak memberikan respon dalam 1 jam pertama, maka dapat diberikan cairan plasma atau pengganti plasma (plasma ekspander /dekstran L) dengan kecepatan 10-20 ml/kgB/’menit dan maksimal 20-30 ml/kgBB//hari. Disini dipasang 2 jalur infus, satu untuk RL dan satu untuk cairan plasma/pengganti plasma.

b. Tindakan lain

i) Transfusi darah. Indikasi :
  1. Perdarahan gastrointestinal berat : melena, hematemesis.
  2. Dengan pemeriksaan hematokrit secara peiodik terus terjadi penurunan smentara penderita masih dalam keadaan renjatan atau keadaan akut semakin menurun.
  3. Jumlah darah yang diberikan 2 ml/kgBB. Dapat diulangi bila perlu.
ii) Anti konvulsan. Apabila penderita disertai dengan kejang, maka dapat diberikan :
  1. Diazepam secara rektal/iv
  2. Fenobarbital 75 mg secara im sesuai dengan protokol penatalaksanaan kejang pada anak.
iii) Antipiretik dan kompres pada penderita dengan hiperpireksia. Obat yang diberikan dalah parasetamol 10 mg/kgBB/hari. Dapat diberikan 3-4 kali per hari.

iv) Oksigen, dapat diberikan pada pasien dengan renjatan disertai sianosis,dengan dosis 2-4 liter/menit.

v) Antibiotik, pada penderita dengan renjatan lama atau terjadi infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik.

vi) Kortikosteroid , diberikan pada penderita dengan ensefalopati.


PENGAMATAN LANJUT

Tujuan :
  • Mengetahui kemungkinan terjadinya renjatan
  • Mamantau terjadinya perdarahan
  • Mengevaluasi perbaikan/penyembuhan
  • Sebagai dasar / patokan dalam mengambil tindakan selanjutnya (terutama dalam hal pemberian cairan)
Jenis tindakan pengamatan :
  • Tanda-tanda klinis dan vital meliputi tensi, nadi, suhu, pernafasan dan kesadaran, semuanya dicatat setiap 15 menit sampai renjatan teratasi, kemudian setiap 1 jam pada hari pertama. Pencatatan pada hari berikutnya adalah disesuaikan dengan keadaan umum penderita.
  • Diuresis/produksi urin dicatat secara periodik.
  • Kadar Hb dan Hct diperiksa setiap 3 kali setiap 1-2 jam waktu MRS, kemudian secara periodik setiap 6 jam pada hari pertama perngamatan, selanjutnya 1 kali atau lebih sesuai dengan keadaan umum penderita.
  • Mengawasi adanya perdarahan gastrointestinal, pembesaran hepar dan gejala-gejala edema paru.
  • Pemberian cairan dan jumlahnya dicatat.

INDIKASI MASUK RUMAH SAKIT

  1. DBD dengan renjatan
  2. DBD disertai dengan hiperpireksia, kejang-kejang, muntah-muntah, intake tak terjamin,dan hematokrit cenderung meningkat terus.
UJI TOURNIQUET

Tensimeter dipasang pada lengan atas dengan tekanan anatar sistole dan diastole atau sistole + diastole / 2. Tekanan ditahan selama 5 menit. Hasil dikatakan positif bila terdapat > 20 petechie per inchi2.