Wednesday, February 4, 2015

Mengenal Diabetes Mellitus

Diabetes, sering disebut juga sebagai Diabetes Mellitus, merupakan penyakit gangguan metabolik dimana seseorang memiliki kadar gula darah (glukosa) yang tinggi, disebabkan baik oleh karena produksi insulin yang tidak adekuat, atau karena sel-sel tubuh tidak mampu berespon baik terhadap insulin, ataupun keduanya. Pasien penderita diabetes biasanya mengalami polyuria (sering berkemih), polydipsi (sering merasa haus) dan polyfagi (sering merasa lapar).

Secara garis besar ada 3 tipe Diabetes :

1. Diabetes Tipe 1
Pada diabetes tipe 1, tubuh pasien tidak mampu memproduksi insulin. Diabetes tipe 1 ini sering juga disebut sebagai :diabetes tergantung insulin (insulint-dependant diabetes), diabetes remaja (juvenile-diabetes) dan diabetes onset dini (early onset diabetes). Orang yang terkena diabetes tipe 1 biasanya pada usia remaja, dewasa muda dan sebelum usia 40 tahun. Diabetes tipe 1 hanya diderita 10% dari keseluruhan populasi penderita diabetes di seluruh dunia.


Pasien dengan diabetes tipe 1 memerlukan perawatan dengan injeksi insulin sepanjang hayat mereka. Mereka juga harus memastikan kadar gula darah selalu terkontrol dengan melakukan pemeriksaan rutin dan mengkonsumsi diet khusus untuk penderita diabetik. Pada tahun 2001 dan 2009, prevalensi diabetes tipe1 pada usia di bawah 20 tahun di USA meningkat hingga 23%.

2. Diabetes Tipe 2
Diabetes pada penderita ini terjadi karena tubuh tidak mampu memproduksi insulin yang cukup agar dapat berfungsi baik atau karena sel-sel tubuh tidak berespon terhadap insulin (insulin resisten). Diabetes tipe 2 diderita hampir 90% dari seluruh kasus diabetes.

Sebagian pasien mampu mengontrol gejala diabetes tipe 2 dengan menjalani diet yang sehat, rutin berolahraga dan megontrol kadar gula darahnya. Namun, diabetes tipe 2 merupakan penyakit yang sifatnya progresif, seiring waktu dapat menjadi lebih buruk secara perlahan-lahan, sehingga pasien diabetes tipe 2 pada akhirnya juga harus memakai insulin.

Mereka dengan berat berlebih (overweight dan obese) berisiko tinggi menderita diabetes tipe 2 dibanding mereka dengan ebrat badan normal. Orang yang memiliki lemak visceral berlebih, juga disebut obesitas sentral, lemak perut atau obesitas abdominal, berisiko tinggi melepaskan kimia berbahaya yang dapat mengganggu sistem kardiovaskular dan metabolik tubuh.

Memiliki berat badan berlebih, secara fisik tidak aktif dan makan makanan yang tidak sehat, merupakan faktor-faktor pendukung untuk menderita diabetes tipe 2. Dalam jurnal diabetologia, disebutkan bahwa konsumsi meski hanya satu kaleng minuman soda (non-diet) perhari, mampu meningkatkan risiko terkena diabetes tipe 2 sebesar 20%. Sang peneliti dari Imperial College of London, yang melakukan penelitian tersebut, meyakini bahwa minuman soda tinggi gula memiliki efek langsung mencetuskan diabetes, bukan hanya sebagai faktor rrisiko belaka.

Risiko terkena diabetes tipe 2 juga meningkat seiring pertambahan umur. Para ahli belum semuanya sepakat mengenai sebabnya, namun dikatakan, pertambahan usia membuat kita lebih kurang aktif dengan berat badan yang cenderung bertambah. Mereka yang memiliki riwayat keluarga terkena diabetes, dan bangsa-bangsa timur tengah, afrika, dan asia selatan, cenderung berisiko tinggi terkena diabetes.

Pria yang memiliki kadar testosteron rendah, memiliki risiko terkena diabetes lebih tinggi dibanding pria normal. Peneliti dari Universitas Edinburgh, Skotlandia, mengatakan, level testosteron yang rendah terkait dengan resistensi terhadap insulin.

3. Diabetes Gestational
Diabetes gestattional adalah diabetes yang diderita selama hamil. Beberapa wanita hamil menderita kadar gula yang sangat tinggi dalam darahnya sementara tubuh mereka tidak mampu memproduksi insulin yang cukup untuk mentransfer semua gula ke dalam sel, menyebabkan kadar gula darah yang secara progrresif terus meningkat. Diagnosis diabetes gestational ini hanya dibuat saat sedang hamil.

Mayoritas pasien dengan diabetes gestational mampu mengontrol gula darah mereka dengan olahraga dan diet. Antara 10-20 % dari mereka membutuhkan obat-obatan. Diabetes gestational yang luput dari diagnosis atau tidak terkontrol, akan menngkatkan risiko komplikasi saat melahirkan. Anak yang dilahirkan juga cenderung memiliki berat badan yang berlebih.

Peneliti dari Institut kesehatan nasional Amerika dan Universitas Harvard, menmeukan bahwa, wanita yang mengkonsumsi protein dan lemak hewani tinggi sesaat sebelum hamil. Cenderung berisiko tinggi mendapat diabetes gestational saat hamilnya.

Gejala Diabetes

Berikut diagram gejala yang sering ditemukan pada diabetes :
gejala-diabetes

Prediabetes

Sebagian besar pasien dengan diabetes tipe 2 memiliki gejala awal yang disebut prediabetes. Kadar glukosa darah mereka lebih tinggi dari nilai normal, namun belum memadai untuk didiagnosis sebagai diabetes. Pada kondisi prediabetes ini sel-sel dalam tubuh mulai menjadi resisten terhadap insulin.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa, bahkan pada fase prediabetes, kerusakan pada sistem kardiovaskular dan jantung telah terjadi.

Diabetes dan gangguan Metabolisme

Diabetes Mellitus diklasifikasikan sebagai penyakit gangguan metabolisme. Metabolisme adalah mekanisme dimana tubuh mengolah makanan yang telah dicerna untuk pertumbuhan dan sumber energi. Sebagian besar makanan yang kita makan akan dicerna menjadi glukosa. Glukosa merupakan bentuk gula sederhana yang kemudian akan diedarkan melalui darah ke seluruh organ dan jaringan tubuh. Glukosalah yang diambil sel-sel dari darah, untuk digunakan sebagai sumber energi dan pertumbuhan. Namun, glukosa tidak dapat memasuki sel bila insulin tidak ada/ Insulin berperan sebagai hormon perantara memasukkan glukosa ke dalam sel.

Insulin sendiri merupakan hormon yang diproduksi pankreas. Setiap habis makan, pankreas secara otomatis akan memproduksi sejumlah insulin yang adekuat untuk membantu mentransfer glukosa ke dalam sel dan otomatis menurunkan kadar glukosa darah.

Seseorang yang terkena diabetes, kadar glukosa darahnya sangat tinggi (hiperglikemia). Hal ini terjadi karena tubuh tidak mampu memproduksi cukup insulin atau sel-sel tidak berespon dengan baik terhadap kehadiran insulin (terjadi resistensi terhadap insulin) sehingga kadar gula dalam darah tetap tinggi ataupun meningkat sehabis makan. Kadar gula darah yang berlebih ini akan dibuang tubuh melalui ginjal (larut dalam urin). Jadi, meskipun tubuh memiliki kadar glukosa yang memadai, namun sel-sel tidak dapat menggunakanya sebagai sumber energi dan bahan yang diburuhkan untuk pertumbuhan.

Cara mementukan Diabetes, prediabetes atau normal

Dokter akan memeriksa kadar gula darah pasien apakah normal, prediabetes atau diabetes melalui salah satu dari 3 tes labroatorium berikut :

Tes A1C (kadar HbA1C)
  • Lebih atau sama dengan 6.5% berarti diabetes
  • Antara 5.7% and 5.99% berarti prediabetes
  • Kurang dari 5.7% berarti normal 
Tes Kadar Glukosa Darah Puasa (GDP)
  • Sama atau lebih dari 126 mg/dl berarti diabetes
  • Antara 100 mg/dl and 125.99 mg/dl berarti prediabetes
  • Kurang dari 100 mg/dl means normal
Bila pembacaan abnormal pasca tes glukosa darah puasa (GDP), maka dinyatakan gangguan glukosa darah puasa.

Tes TGO (Toleransi Glukosa Oral)
  • Sama atau lebih dari 200 mg/dl berarti diabetes
  • Antara 140 and 199.9 mg/dl berarti prediabetes
  • Kurang dari 140 mg/dl berarti normal
Bila pembacaan abnormal pasca tes toleransi glukosa oral (TTGO) maka dinyatakan gangguan toleransi glukosa 

Mengapa dinamakan Diabetes Mellitus ?

Kata diabetes berasal dari kata dalan bahasa Yunani, diabainein, yang berarti “sifon”, semacam pipa penyalur air. Aretus sang Cappodician, seorang dokter Yunani pada abad 2 M, menggunakan kata ini untuk mendeskripsikan kondisi pasien yang kencing berlebihan (polyuri), yang menurutnya seperti sebuah sifon. Kata diabainein ini kemudian berubah menjadi diabetes saat diadopsi dalam bahasa Inggris..

Tahun 1675, Thomas Willis menambahkan kata mellitus yang merupakan kata dari bahasa latin bermakna “madu”. Hal ini karena urin dan darah penderita diabetes mengandung glukosa berlebihan sehingga berasa manis seperti madu. Sehingga secara harfiah, Diabetes mellitus bisa bermakna “menyalurkan lewat sifon, air yang manis”.

Pada kebudayaan Cina kuno, orang-orang memperhatikan bahwa semut mengerubuti air kemih orang-orang tertentu, oleh karena rasanya yang manis. Sehingga, muncullah istilah penyakit kencing manis.

Mengontrol Diabetes

Semua tipe diabetes dapat diterapi. Diabetes tipe 1 membutuhkan perawatan seumur hidup, karena saat ini, tidak ada obat yang diketahui dapat menyembuhkan dengan tuntas. Diabetes tipe 2 juga biasanya membutuhkan perawatan seumur hidup, namun beberapa orang sanggup meniadakan gejala diabetes yang dideritanya meskipun tanpa menggunakan obat-obatan, melainkan dengan olahraga , pengaturan makanan dan kontrol berat badan.

Para peneliti dari Klinik Mayo Arizona di Scottsdale Amerika menunjukkan bahwa, pada pasien obese yang menjalani operasi bypass lambung, sebagian besar akan mengalami kesembuhan dari diabetes tipe 2 yang juga diderita. Namun dalam 3-5 tahun pasca operasi, ditemukan 21% dari mereka mengalami kekambuhan. Yessica Ramos, MD, mengatakan bahwa, kekambuhan pasien-pasien tersebut oleh karena riwayat mengidap diabetes tipe 2 yang lama sebelum menjalani operasi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa, semakin dini intervensi bedah pada pasien dengan obese, akan semakin baik pula pasien-pasien tersebut dengan penyerta diabetes tipe 2, mengalami remisi.

Diabetes tipe 1 diterapi dengan injeksi insulin reguler, disertai diet khusus diabetes dan olahraga. Sementara diabetes tipe 2 biasanya diawali terapi dengan tablet anti-hiperglikemik, diet khusus dan olahraga. Bila dalam perjalanan penyakit menjadi progresif, maka juga membutuhkan injeksi insulin sebagai terapi.

Bila diabetes tidak dikontrol dengan terapi yang adekuat, maka pasien berisiko tinggi untuk mendapatkan komplikasi.

Komplikasi pada diabetes yang tidak terkontrol baik

Berikut adalah daftar kemungkinan komplikasi yang dapat diderita pasien diabetes bila tidak mengontrol secara adekuat penyakitnya :
  • Komplikasi pada mata : glaukoma, katarak, retinopati dll. 
  • Komplikasi pada kaki : neuropati, ulkus dan kadang gangren yang membutuhkan amputasi. 
  • Komplikasi pada kulit : Pasien diabetes lebih rawan terkena infeksi kulit dan kelainan kulit lainnya. 
  • Komplikasi pada jantung : dapat terjadi penyakit jantung iskemik, ketika suplai darah pada otot-otot jantung berkurang.
  • Hipertensi : Umum ditemukan pada pasien diabetes, sehingga dapat menignkatkan risiko sakit ginjal, masalah pada mata, serangan jantung hingga stroke. 
  • Kesehatan jiwa : Diabetes yang tidak terkontrol akan meningkatkan risiko menderita depresi, kecemasan dan gangguan jiwa lainnya. 
  • Kehilangan pendengaran : Diabetes meningkatkan risiko gangguan pendengaran.
  • Penyakit gusi : Ditemukan tingginya persentasi masalah gusi pada mereka yang menderita diabetes yang tidak terkontrol. 
  • Gastroparesis : Suatu kondisi dimana otot lambung berhenti bekerja dengan baik. 
  • Ketoasidosis : Suatu gangguan kombinasi antara ketosis dan asidosis, merupakan akumulasi tertimbunnya badan keton dan asam dalam darah. Akibat tubuh berusaha mendapatkan energi melalui jalan lain selain glukosa bebas dalam darah.
  • Neuropati : Neuropati diabetik merupakan tipe kerusakan saraf yang menimbulkan gangguan cukup luas, 
  • HHNS (Hyperosmolar Hyperglycemic Nonketotic Syndrome) : Suatu kondisi dimana kadar glukosa darah meningkat sangat tinggi sementara tidak ditemukan badan keton dalam darah dan urin. Kondisi ini merupakan suatu emergensi dan harus ditangani dengan segera dan agresif. 
  • Nefropati : Tekanan darah yang tidak terkontrol akan menyebabkan gangguan fungsi ginjal. 
  • PAD (peripheral arterial disease) : Gangguan arteri perifer, merupakan sekumpulan gejala seperti nyeri pada betis, kesemutan dan sampai gangguan berjalan. 
  • Stroke : Bila tekanan darah, kadar kolesterol dan kadar glukosa darah tidak terkontrol, risiko terkena stroke sangat tinggi. 
  • Disfungsi ereksi : Merupakan gangguan impotensi pada pria. 
  • Infeksi : Mereka yang diabetesenya tidak terkontrol, rawan terkena infeksi. 
  • Gangguan penyembuhan luka : Luka luka baik akibat kecelakaan maupun lesi infeksi, membutuhkan lebih lama waktu untuk sembuh.