Wednesday, January 13, 2016

Transfusi Darah : Indikasi, teknik dan risiko

kantung-darah-transfusi-darah Dengan meningkatnya jumlah kasus kecelakaan lalu lintas dan makin bertambahnya pembedahan-pembedahan besar maka keperluan akan transfusi darah akan meningkat pula.

Tujuan transfusi darah pada penderita secara umum :

1. Memperbaiki kemampuan pengangkutan oksigen (oxygen carryng).
2. Mengembalikan volume cairan darah yang hilang.
3. Memperbaiki faal bekuan darah.
4. Memperbaiki kemampuan fagositosis dan menambah sejumlah protein darah

Berdasarkan pada tujuan di atas, maka saat ini transfusi darah cenderung memakai komponen darah disesuaikan dengan kebutuhan sel darah putih, granulosit, trombosit, dan plasma darah yang mengandung protein dan faktor-faktor pembekuan darah.

Total Blood Volume secara sederhana dapat diketahui berdasarkan berat badan penderita, untuk penderita laki-laki rata-rata TBV = 70 cc/kg BB sedangkan wanita 60 cc/kg BB. Jadi misalnya seorang laki-laki dengan berat badan 50 kg maka TBV dapat dihitung : 70 x 50 = 3500 ml.

Pada tulisan ini akan dibicarakan indikasi dan jenis transfusi, reaksi transfusi, transfusi darah masif dan cairan pengganti perdarahan (Plasma Ekspander)

INDIKASI DAN JENIS TRANSFUSI DARAH

1. Transfusi darah lengkap (Whole Blood)

Banyaknya volume darah yang diberikan sesuai dengan banyaknya darah yang hilang. Diberikan apabila terjadi kehilangan darah 15 – 20% TBV (Ex : Syok Hipovolemik) pada anak besar dan orang dewasa. Pada bayi transfusi harus sudah diberikan bila kehilangan 10% TBV. Darah lengkap diberikan untuk memperbaiki kemampuan transportasi zat asam oleh eritrosit (seperti anemia) dan memperbaiki jumlah darah yang beredar seperti perdarahan hebat.

Darah lengkap ada 3 macam, yaitu :
  1. Darah Segar
    Yaitu darah yang baru diambil dari donor sampai 6 jam sesudah pengambilan. Keuntungan Pemakaian darah segar yaitu faktor pembekuannya lengkap termasuk faktor labil (V, VIII) dan fungsi eritrosit relaitif masih baik. Kerugiannya sulit diperoleh dalam waktu tepat dan penularan penyakit relatif banyak.
  2. Darah Baru
    Yaitu darah yang disimpan antara 6 jam sampai 6 hari sesudah diambil dari donor. Faktor pembekuan disini sudah hampir habis dan juga dapat meningkat kadar kalium, amonia, asam laktat.
  3. Darah Simpan
    Darah yang disimpan lebih 6 hari. Keuntungan penggunaannya mudah (setiap saat tersedia), bahaya penularan lues cytomegalovirus hilang, sedangkan kerugiannya yaitu faktor pembekuan terutama faktor V dan VIII sudah hampir habis. Kemampuan transportasi O2 oleh eritrosit berubah (afinitas Hb terhadap O2 tinggi), sedangkan O2 sukar dilepas di jaringan karena penurunan kadar 2,3 DPG. Kadar kalium, amonia, asam laktat tinggi. 

2. Packed Red Cells (Sel Darah Merah)

Didapat dari darah lengkap yang diambil/dipisahkan sebagian plasmanya melalui metode pemutaran atau sedimentasi/pengendapan. Dengan Packed Red Cell ini, kita mendapatkan : Hematokrit 70 – 80%, volume plasma 15 – 25 ml, volume antikoagulan 10 – 15 ml.

Secara umum pemakaian SDM ini yaitu pada keadaan anemia hemolitik, anemia hipoplastik kronik, leukemia akut, leukemia kronik, penyakit keganasan, talasemia, anemia akibat defisiensi vitamin B12 dan Fe.

Keuntungan pemakaian Packed Red Cells :
  • Kemungkinan overload circulation menjadi minimal
  • Reaksi transfusi akibat plasma komponen menjadi minimal
  • Reaksi transfusi akibat plasma komponen menjadi minimal
  • Akibat samping karena volume antikoagulan yang berlebihan menjadi minimal
  • Meningkatnya daya guna dari pemakaian darah karena sisa plasma dapat dibuat komponen-komponen yang lain. 

3. Platelet Concentrated (Suspensi Trombosit)

Komponen ini didapat dari darah segar dengan metode pemutaran dengan waktu tertentu, sehingga akhirnya didapat Platelet Concentration yang volumenya 25 – 40 ml/unit yang berisi minimal 5,5 x 1010 platelet dan beberapa sel darah merah tercampur di dalamnya bersama plasma untuk mempertahankan pH di atas 6 selama waktu penyimpanan.

Dengan 1 unit Platelet Concentration biasanya akan menaikkan jumlah platelet sebesar 9.000 – 11.000 ml/M2 luas badan (± 7.000 / ml pada orang dewasa dengan berat badan 70 kg) sehingga untuk keadaan trombositopenia yang berat dibutuhkan sampai 8 – 10 unit.

Indikasi :
  • Penderita dengan perdarahan karena trombositopenia
  • Sebagai profilaksis pada penderita leukemia atau neoplasma yang mendapat kemoterapi sehingga jumlah trombositnya menurun
  • Sebagai profilaksis pada penderita yang akan dioperasi, tapi jumlah trombositnya kurang (resiko perdarahan yang besar).
REKOMENDASI ASA :
  1. Profilaksis trombosit tdk efektif & jarang diidentifikasikan jika trombositopenia disebabkan oleh destruksi trombosit (mis ITP)
  2. Pasien bedah & obstetrik dgn perdarahan mikrovaskuler jika trombosit < 50.000/mm3  perlu transfusi trombosit
  3. Persalinan pervaginam dan operasi yang ringan dgn trombosit < 50.000/mm3 tdk perlu transfusi
  4. Indikasi transfusi trombosit jika terbukti jumlah trombosit cukup tapi terdapat disfungsi trobosit dan perdarahan mikrovaskuler
¨ Trombosit harus ditransfusi dlm waktu 2 jam
¨ Diberikan sampai perdarahan berhenti atau Bleeding
¨ Time pd 2 X nilai kontrol normal
¨ Kemungkinan komplikasi : menggigil, demam, alergi
¨ Dapat menyebabkan allo imunisasi à pasien
¨ Refrakter thd transfusi berikutnya.


4. Cryprecipitate = AHF Concentrate

Komponen ini didapat dari pemisahan plasma segar atau fresh frozen plasma yang dicairkan pada temperatur 4°C melalui metode pemutaran yang tertentu sehingga akhirnya didapat supernatannya yang volumenya hanya 30 – 40 ml. Setiap unit Cryrecipitate mengandung : Faktor VIII kira-kira 100 – 150 UI, fibrinogen 80 mg, plasma protein dan Faktor XIII.

Indikasi :
  1. Hemophilia A (defisiensi faktor VIII)
  2. Von Willebrand”s disease
  3. Hypofibrinogenemia
  4. Acquired Defisiensi faktor VIII (DIC dan dilution in massive transfusion),
  5. Defisiensi faktor XIII
5. Fresh Frozen Plasma

Didapat dari pemisahan darah segar (darah donor kurang dari 6 jam) dengan metode pemutaran, kemudian dibekukan dan disimpan pada temperatur -30°C. Karena dibuat dari darah segar maka hampir semua faktor-faktor pembekuan (labil faktor) masih utuh, selama penyimpanan pada temperatur -30°C. Tapi bila disimpan pada temperatur 4°C maka semua faktor pembekuan yang labil itu akan rusak menjadi plasma biasa.

Indikasi :
  1. Penderita yang mengalami perdarahan dengan defisiensi faktor-faktor pembekuan misalnya penyakit hati dengan hematemesis dan melena
  2. Hemofilia
  3. Defisiensi prothrombin kompleks
  4. Defisiensi faktor V
6. Transfusi Plasma

Komponen ini dibuat dari pemisahan Packed Red Cells dari darah lengkap melalui metode pemutaran atau sedimentasi.

Berdasarkan umur dari darah lengkap yang dipisahkan untuk pembuatan plasma dan isi plasma maka komponen plasma dibedakan :

1) Plasma Biasa
Didapat dari darah lengkap yang telah mengalami penyimpanan, mengandung faktor-faktor pem-bekuan labil, tapi masih mengandung faktor stabil fibrinogen, albumin dan globulin

2) Plasma Segar
Didapat dari darah lengkap yang kurang dari 6 jam dalam penyimpanan, faktor pembekuan masih utuh dan belum rusak serta stabil faktor masih lengkap.

Indikasi :
  1. Untuk mengatasi keadaan shock (sebelum darah datang)
  2. Memperbaiki volume sirkulasi darah
  3. Mengganti protein plasma yang hilang pada luka bakar yang luas
  4. Mengganti dan menambah jumlah faktor-faktor tertentu yang hilang misalnya fibrinogen albumin dan globulin
Dosis pemberian tergantung keadaan klinik umumnya diberikan 10 – 15 ml/kg BB/hari. Hati-hati pada orang tua, karena kemungkinan terjadinya payah jantung atau overload circulation.

Kerugian :
  • Resiko hepatitis Post Transfusi besar
  • Reaksi transfusi seperti urtikaria, menggigil dan febris
Keuntungan :
  • Tersedia dengan cepat dan dapat diberikan tanpa dilakukan compabilitas test.
7. Leucocyte Concentrate = Granulocyte Concentrate

Komponen ini dibuat dari seorang donor dengan metode pemutaran melalui Hemonetic-30. Dengan alat ini darah dari donor dilakukan pemutaran terus-menerus dan putus , memisahkan dan mengumpulkan Buffy Coat yang banyak mengandung granulosit limfosit, dan platelet kemudian dicampur dengan larutan sitras sebagai antikoagulan yang akhirnya dilarutkan dalam plasma.

Jumlah granulosit yang dihasilkan adalah 0,9 – 0,3 x 1010 dalam 400 ml plasma dengan beberapa sel darah merah, limfosit dan platelet yang tercampur di dalamnya.

Indikasi transfusi konsentrat leukosit/granulosit :
  1. Penderita neutropenia dengan febris tinggi yang gagal dengan antibiotik
  2. Aplastik anemia dengan leukosit kurang dari 2000 / ml
  3. Penyakit-penyakit keganasan lainnya
Kapan saat yang tepat untuk pemberian transfusi granulosit masih belum pasti. Umumnya pada klinis menganjurkan pemberian transfusi granulosit pada penderita neutropenia dengan panas yang tinggi dan gagal diobati dengan antibiotik yang adekuat lebih dari 48 jam.

Efek pemberian transfusi granulosit tampak dari penurunan suhu badan penderita dan bukan dari hitung leukosit penderita, penurunan suhu badan penderita terjadi pada 1 – 2 jam setelah transfusi.


KECEPATAN TRANSFUSI

Kasus-kasus dengan perdarahan yang hebat kadang-kadang dibutuh-kan transfusi yang cepat sampai 6 – 7 bag dalam ½ jam. Setelah sirkulasi tampak membaik dikurangi haingga 1 bag tiap 15 menit.

Cara-cara meningkatkan kecepatan transfusi :
  1. Letakkan botol darah setinggi mungkin. Peningkatan 2 kali menyebabkan kecepatan transfusi meningkat 2 kali lipat.
  2. Pergunakan jarum atau kanula sebesar mungkin
  3. Dengan memompakan darah meningkatkan tekanan udara dalam botol
  4. Dengan memompakan darah-darah yang berasa di dalam kateter bawah
CARA MENAKSIR PERDARAHAN
  • Dengan menimbang kasa yang digunakan untuk menghapus perda-rahan. Jumlah perdarahan sesuai dengan selisih berat kasa bekas dengan kasa kering sebelum digunakan 1 ml kira-kira beratnya 1 gram, dan kasa harus segera ditimbang pada keadaan masih basah dan jangan menunggu kering dan jangan bercampur pula dengan NaCl.
  • Dengan kalorimetri : kasa-kasa bekas darah dicuci dengan air dan amoniak yang jumlahnya sudah standar. Hb dihitung dengan kalori meter dan dengan menggunakan grafik dari standar dapat dihitung jumlah perdarahan.
  • Taksiran secara visual : Hanya dapat dilakukan oleh orang yang sudah berpengalaman dan dengan latihan-latihan, karena bekuan sebesar tinju misalnya berasal dari darah setengah liter.
  • Mengukur darah yang tertampung dalam suction apparatus sering dipersukar karena tercampur cairan lain atau kadang-kadang alat penghisap dibilas air.
  • Dengan melihat keadaan klinis penderita.

REAKSI TRANSFUSI (PENYULIT TRANSFUSI DARAH)

Perlu dihayati bahwa semua efek samping yang timbul pada pembe-rian transfusi darah/produk darah, harus dianggap sebagai hal yang dapat membahayakan jiwa penderita, oleh karena itu perlu mendapat perhatian khusus.

Pedoman umum penanganan pertama reaksi transfusi adalah sebagai berikut :
  • Hentikan segera pemberian transfusi darah / produk darah
  • Laporkan kepada dokter yang merawat penderita
  • Beri infus NaCl 0,9% atau cairan lainnya, agar jalan intravena tetap terbuka
  • Periksa label darah donor dan identifikasi penderita, untuk menge-tahui apakah penderita telah menerima darah yang seharusnya
  • Laporkan peristiwa terjadinya reaksi transfusi kepada bank darah
Jenis Reaksi Transfusi :
  1. Reaksi Alergi
    Ditandai dengan gatal-gatal dan urtikaria dalam bentuk ringan terjadi pada 1% penderita yang mengalami transfusi.
  2. Reaksi Pirogenik dan Bakteremia
    Akibat raksi pirogen, suhu penderita naik sampai 39°C sakit kepala, muka kemerahan tetapi disertai tanda-tanda sepsis atau toksik.
  3. Overloading Sikulasi
    Kadang-kadang dapat terjadi apabila darah diberikan lebih cepat daripada yang dapat diterima jantung misalnya pada penderita dengan penyakit jantung atau anemia kronik serta usia lanjut. Dapat juga terjadi karena transfusi berlebihan.
  4. Reaksi Hemolitik
    Merupakan penyulit yang jarang terjadi tetapi merupakan penyulit yang berbahaya. Reaksi hemolitik dapat dibedakan hemolitik intravaskuler dan ekstravaskuler.
  5. Keracunan Sitras
    Asam sitras yang terdapat dalam persediaan darah donor bia-sanya didetoksifikasi oleh hepar resipien. Kebanyakan sitrat akan menyebabkan cardiac arrest, circulatory failure dan tetani.
  6. Hal ini dapat terjadi pada : Transfusi yang terlalu cepat, lebih empat liter perjam, fungsi hati kurang baik, pada hipotensi dan luka bakar. Terutama pada anak luka bakar mudah sekali terjadi. Apabila gatal sudah tampak, lakukan pengobatan : Pada dewasa 10 ml Ca Glukonat 10% IV tiap 2 – 3 botol darah. Pada neonatus 1 ml untuk tiap 20 ml darah per kg BB.
TRANSFUSI DARAH MASIF

Transfusi darah masif adalah pemberian darah sebanyak 1,5 kali volume darah penderita atau pemberian 0,5 dari jumlah darah penderita dalam waktu kurang dari 1 jam.

Hal-hal yang mungkin terjadi pada transfusi darah masif :
  • Hipotermi.
    Transfusi sebanyak 5 unit darah, simpan dalam waktu 30 menit dapat menurunkan suhu tubuh sampai 4°C. Pada suhu 33°C, hipotermi menghasilkan asidosis metabolik dan depresi curah jantung. Perubahan posisi tubuh akan menyebabkan henti jantung. Oleh sebab itu darah harus dihangatkan lebih dahulu apabila akan diberikan sangat cepat dalam jumlah besar.
  • Hiperkalemia dan Hipokalsemia.
    Hiperkalemia disebabkan karena difusi dari ekstra ke intra selluler yang disebabkan oleh asidosis atau suhu yang rendah. Pembebasan kalium hati karena stimulasi berbagai faktor seperti anoksia, hiperkapnia, pembebasan adrenalin dari kelenjar adrenal sebagai respon perdarahan.

    Dahulu secara rutin diberikan kalsium sebanyak 10 ml untuk setiap 1000 ml transfusi darah, memang kenyataan menunjukkan bahwa sitrat yang dipakai sebagai antikoagulan mengikat kalsium sehingga dapat menyebabkan hipokalsemia. Namun demikian diketahui bahwa sitrat dengan cepat akan dimetabolisme menjadi bikarbonat dalam tubuh.

    Lalu timbul pertanyaan kapankah suatu preparat kalsium diberikan ? Kalsium diberikan apabila dilakukan transfusi darah simpan dengan kecepatan lebih dari 100 ml per menit. Maksud pemberian kalsium disini karena kalsium merupakan antagonis terhadap hiperkalemia.
  • Gangguan Keseimbangan Asam Basa.Sitrat akan dimetabolisme menjadi bikarbonat dan sebagai akibat penumpukan bikarbonat dapat terjadi alkalosis metabolik.
  • Koagulopati.Perdarahan dan perembesan darah dapt terjadi setelah transfusi darah ACD secara masif. Penyebab terpenting adalah trombositopeni dilusi atau DIC.
  • Mikroemboli paru.Akibat penumpukan sisa-sisa sel darah yang rusak yang tidak tersaring di dalam paru dapat terjadi mikro emboli paru. Hal ini dapat dicegah dengan pemberian darah sesegar mungkin atau dengan penggunaan selaput penyaring darah diameter lubang 20 – 40 mikron.
CAIRAN PENGGANTI PERDARAHAN (PLASMA EXPANDER)

Cairan koloid dimaksud sebagai pengganti plasma biasa disebut plasma subtitute atau plasma expander.

Jenis plasma expander :
  • Colloid alami
    Termasuk golongan ini adalah plasma protein dan human albumin
  • Colloid sintesis
    Termasuk golongan ini :
    - Dextran :  dextran 70, dextran 40 (low molleculer weight dextran)
    - Gelatin (hemacel)
    - Hydroxyethyl Starch (HES)
    - Polyvinyl Pyrrolidone (PVC) : subtosan, periston
    - Gum Accacia 
Syarat yang diperlukan untuk suatu plasma subtitute yang ideal adalah :
  1. Mempunyai tekanan onkotik yang sesuai dengan plasma
  2. Tetap berada dalam sirkulasi dallam waktu tertentu agar dapat berfungsi untuk ekspansi volume yang segera
  3. Tidak ada efek antigenik, antiealergik, dan piretik
  4. Tidak ada pengaruh yang kurang baik terhadap fungsi visceral
  5. Dibuang lewat ekskresi atau metabolisme degradasi
  6. Tidak mempunyai crossmatch
  7. Dapat disimpan pada suhu yang bervariasi dalam jangka waktu lama dan tetap efektif
  8. Dapat disterilkan dengan viskositas cocok untuk infus pada suhu yang bervariasi.
Sifat dari beberapa macam cairan koloid :
  1. Gum Accacia
    Digunakan pada perang dunia I, berupa larutan 6% dari gum dalam saline. Berat molekul rendah, menyebabkan pembentukan roulleaux dan eritrosit yang sangat hebat. Cara ini tidak digunakan lagi
  2. PVC (Polyvinyl Fyrrolidone)
    Rata-rata berat molekul 25.000 – 50.000 merupakan suatu sintetik dari vinyl pyrrolidone. Tidak dipecah dalam tubuh bagian dari material yang diinfus dan tidak diekskresi lewat urine akan tetap tinggal di dalam tubuh bertahun-tahun.

    PVC membentuk suatu kompleks dengan iodium yang digunakan untuk desinfeksi kulit. BM yang kurang dari 140.000 tak dapat dieliminir lewat urine Peristone dan subtosan pemakainannya tidak lebih dari 1.000 cc.
  3. Gelatin
    Cairan 3-4% dalam balance elektrolit, berat molekul rata-rata 35.000, berasal dari hidrolisis kolagen binatang

    Ada 3 molekul gelatin yaitu : Modified 40 (LMWD) dengan BM 40.000 dan Dextran 60 – 70 dengan BM 60.000 dan 70.000 diproduksi oleh Bakterium leuconostoc mesenteroides B 512 dari agar-sugar-compound.

    Lamanya Dextran berada di sikulasi tergantung dari BM-nya. Makin besar BM-nya makin lama tinggal dalam sirkulasi. Semua molekul dextran dipecah menjadi molekul yang lebih kecil dan diekskresi lewat ginjal atau dibunuh menjadi CO2 dan H2O. Dextran 40 mempunyai efek antitrombik. Hal ini dipergunakan untuk pengobatan akut stroke.
  4. Hydroxyethyl Starch (HES)
    Mempunyai BM yang sangat bervariasi, dan yang biasa digunakan sebagai plasma subtitute yaitu HES dengan BM 450.000.
KOMPLIKASI TRANSFUSI
  1. Penularan Penyakit : HIV, HTLV, CYTOMEGALOVIRUS, HCV, HBV, Aggregate infection risk.
  2. Transfusion Induced immunosuppression.
DONOR DARAH

Tujuan Seleksi Donor :
  • Melindungi kesehatan donor 
  • Melindungi resipien dari resiko peny. Menular & efek merugikan lainnya.
Syarat Donor :
  1. Berusia 18-65 tahun
  2. BB minimal 50 kg
  3. Suhu badan tidak > 37,5 oC
  4. Denyut nadi reguler, jantung normal, frek. 50-100 X/menit
  5. TD Sistolik tidak > 180 mmHg
  6. TD min. u/laki2 13,5 gr/dl, wanita 12,5 gr/dl
  7. TD Diastolik tidak > 100 mmHg
  8. Frekuensi pendonoran 2-3 kali setahun
  9. Volume pendonoran tidak > 13 % Vol. Darah untuk mencegah reaksi vasovagal
Pengujian Darah :

Contoh darah vena :
  • Sebaiknya diambil dari sisi yg tidak sedang diinfus à Mengganggu reaksi serologik
  • 5 cc pertama dibuang lalu diambil 5 cc tanpa Diberi antikoagulans
  • Diambil dari vena yg mudah dipunksi dgn jarum #21 atau #22 dihisap dgn pelan untuk mengurangi hemolisis
Tes Golongan Darah sistem ABO :
  • Eritrosit dites thd antigennya dgn antisera Anti-A dan Anti-B (Slid tes)
  • Tes dikerjakan pd suhu kamar atau lbih dingin (20-22 °C).
  • Pada suhu 37 °C reaksi menjadi lemah
Uji Silang :
  • Uji silang mayor antara serum resipien dengan eritrosit donor
  • Uji silang minor antara serum donor dengan eritrosit resipien
  • Dikerjakan dalam 3 fase yaitu : medium NaCl 0,9 %, albumin, dan Coombs
  • Seluruhnya memerlukan waktu 2 jam 
Anti Koagulan :
  • Pilihan : CPDA-1 (Citrate Phosphate Dextrose with Adenine)
  • Dapat disimpan sampai 35 hari dgn suhu 1-60 °C
  • Citrat : mengikat calcium , hambat koagulasi
  • Phosphate : sebagai buffer , pelihara kadar 2,3 DPG
  • Produksi ATP : meningkatkan viabilitas eritrosit
  • Dekstrose : sumber energi
  • Adenin eksogen : membentuk ATP 
Penyimpanan Darah 
  • Disimpan Pada suhu 1-6 °C
  • Tidak boleh beku : menyebabkan hemolisis
  • Reaksi transfusi hebat
  • Selama penyimpanan alami proses ‘storage lesion’ :
  • Perubahan biokimia dan struktural
  • Proses glikosis laktat : pH turun , ATP turun 
  • 2,3 DPG turun : afinitas Hb terhadap oksigen meningkat, oksigenasi jaringan menurun
Teknik transfusi
  • Periksa sifat dan jenis darah
  • Plasma warna hitam/keruh : tanda hemolisis
  • Pasang infus jarum besar  no. 16-18. jarum kecil no. 23-25 : Hemolisis
  • Transfusi set baku tdp saringan dgn pori-pori 170 Mikron : Menghadapi bekuan fibrin & partikel debris
  • 1 Transfusi set digunakan untuk 2-4 unit darah
  • Vena terbaik adalah bagian dorsal tangan
  • Keadaan darurat : venaseksi untuk jamin kelancaran transfusi 
  • Sebelum transfusi Beri naCl 0,9 % 50-100 ml
  • Larutan lain jangan diberikan seperti Lar. Dekstrose dan garam hipotonik : menyebabkan  hemolisis
  • Obat tidak boleh dimasukkan ke dlm darah yg ditransfusi :  pH berbeda, hemolisis, sulit menentukan jika terjadi reaksi transfusi
  • Jika transfusi dalam jumlah besar : darah harus Hangat
  • Darah dingin menyebabkan aritmia ventrikel dan kematian
  • Menghangatkan darah pada air suhu 37-39 °C - 40 °C akan menyebabkan Eritrosit rusak
Kecepatan Transfusi
  • Pada 100 ml pertama hati-hati dan perlahan-lahan,deteksi dini reaksi transfusi
  • Transfusi set 1 ml = 16-20 tetes, laju tercepat 60 ml/menit
  • Laju transfusi Tergantung status kardiopulmoner
  • Status kardiopulmoner normal : 10-15 ml/kgBB dlm 2-4 jam
  • Jika tidak ada hemovolemis : batas aman 1 ml/kg/jam. 1 unit + 3 jam atau 1000 ml dalam 24 jam
  • Jika terdapat gagal jantung, tidak boleh lebih dari 2 ml/kgBB/jam
  • Transfusi 1 unit darah tidak boleh > 5 jam karena risiko proliferasi bakteri meningkat.
  • Pemberian secara rutin antihistamin, antipirektika, diuretika
  • Sebelum Transfusi untuk mencegah reaksi tdk boleh diberikan obat preventif
  • Reaksi panas adalah salah satu tanda reaksi transfusi
  • Diuretika diberi hanya pada anemia kronis yg perlu transfusi sampai 20 ml/kgBB/24 jam
Cara meningkatkan kecepatan transfusi
  • Letakkan botol darah setinggi mungkin. Peningkatan jarak 2X, maka kecepatan juga meningkat 2X .
  • Pergunakan Jarum/kanula sebesar mungkin
  • Memompakan darah meningkatkan tek. Udara.
  • Memompakan darah pada kateter bawah (memakai Try Way)
RUMUS UNTUK MEMPERKIRAKAN KEHILANGAN DARAH MAKSIMUM

VOL.DARAH YG BISA DITOLELIR OL TUBUH (MKDT) :

rumus-kehilangan-darah-yang-bisa-ditoleransi-tubuh

*HCT min yang ditolerir tubuh =  25%
Contoh kasus :

Seorang Anak BB 10 kg, EBV = 10x70 ml = 700 ml.HCT pasien 42%

Maka :



RUMUS UNTUK MEMPERKIRAKAN VOL PRC YG HARUS DIBERIKAN PADA PERDARAHAN 

rumus-volume-PRC-yang-diberikan-pada-transfusi
Contoh kasus :

Anak BB 10 kg, HCT turun hingga 23%,HCT yg diinginkan 35%,HCT RBC 70%

Maka :