Anamnesis (Riwayat penyakit)
Gejala paling umum dari kolesistitis akut adalah nyeri perut bagian atas. Tanda-tanda iritasi peritoneal mungkin dapat ditemukan, dan pada beberapa pasien, nyeri dapat menyebar ke bahu kanan atau tulang belikat . Seringkali rasa sakit dimulai dari daerah epigastrium dan kemudian terlokalisasi di kuadran kanan atas.
Meskipun rasa sakit awalnya mungkin digambarkan sebagai kolik (nyeri yang hilang timbul), pada akhirnya nyeri akan menetap dan konstan di hampir semua kasus. Mual dan muntah umumnya ditemukan, dan pasien dapat menderita demam.
Kebanyakan pasien dengan kolesistitis akut, akan mengutarakan adanya riwayat nyeri bilier. Beberapa pasien mungkin telah positif dinyatakan menderita batu empedu. Kolik bilier yang akalkulus (tanpa batu) juga dapat ditemukan, paling sering pada wanita muda hingga paruh baya. Jumlahnya hampir sama dengan kolik bilier kalkulus dengan perbedaan : nilai laboratorium kolik akalkulus dalam batas normal dan tidak ada temuan cholelithiasis pada USG. Kolesistitis dapat dibedakan dari kolik bilier oleh nyeri berat yang konstan dan menetap lebih dari 6 jam.
Pasien dengan kolesistitis akalkulus mempunyai gejala mirip dengan pasien dengan kolesistitis kalkulus, tapi kolesistitis akalkulus sering terjadi secara tiba-tiba dan pasien nampak sakit parah tanpa adanya riwayat kolik bilier sebelumnya. Seringkali, pasien dengan kolesistitis akalkulus datang dengan keluhan demam dan sepsis saja, tanpa ada riwayat atau temuan pemeriksaan fisik yang konsisten dengan kolesistitis akut.
Kolesistitis pada pasien Lansia (terutama pasien dengan diabetes) dapat menampakkan gejala kolesistitis yang samar-samar dan tanpa banyak temuan baik riwayat maupun fisik. Nyeri dan demam mungkin tidak ada, dan nyeri tekan (tenderness) lokal mungkin satu-satunya tanda fisis. Kolesistitis pada pasien lansia dapat berkembang menjadi kolesistitis berat dengan cepat dan tiba-tiba.
Kolesistitis pada anak-anak juga dapat terjadi tanpa adanya gejala yang khas. Anak-anak yang berisiko tinggi untuk menderita kolesistitis mencakup pasien anak dengan penyakit sel sabit, anak-anak yang sakit parah, anak-anak yang mendapat infus (nutrisi parenteral) berkepanjangan, mereka dengan kondisi hemolitik, dan mereka dengan anomali empedu kongenital.
Komplikasi
Proliferasi bakteri pada kandung empedu yang mengalami obstruksi dapat menimbulkan empiema pada organ bersangkutan. Pasien dengan empiema mungkin akan mengalami reaksi toksik yang ditandai demam yang sering dan leukositosis. Bila ditemukan ada empiema, pasien seringkali memerlukan penanganan kolesistektomi terbuka dari yang sebelumnya hanya laparoskopi.
Pada kasus yang jarang terjadi, sebuah batu empedu yang besar dapat mengikis dinding kandung empedu dan keluar ke organ viseral lain yang berdekatan, biasanya ke duodenum. Sehingga, batu empedu tersebut dapat melekat di ileum terminal atau di bulbus/pylorus duodenum, menyebabkan ileus paralitik batu empedu (gallstone ileus).
Kolesistitis Emfisematosa terjadi pada sekitar 1 % kasus dan ditandai dengan adanya gas dalam dinding kandung empedu akibat invasi organisme yang memproduksi gas, seperti Escherichia coli, Clostridia perfringens, dan spesies Klebsiella. Komplikasi ini lebih sering terjadi pada pasien dengan diabetes, laki-laki , dan 28 % pada kolesistitis akalkulus. Karena tingginya insiden gangren dan perforasi, kolesistektomi darurat dianjurkan. Perforasi dapat terjadi hingga 15 % dari keseluruhan kasus.
Komplikasi lainnya termasuk sepsis dan pankreatitis .
Pemeriksaan Fisis
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan demam, takikardia, dan nyeri di daerah epigastrium atau kuadran kanan atas, seringkali dengan posisi tubuh yang khas (seolah berusaha melindungi organ yang nyeri). Dapat ditemukan tanda Murphy (The Murphy sign), tes yang spesifik namun tidak sensitif untuk kolesistitis, dimana sebagai akibat adanya nyeri maka timbul jeda inspirasi ketika kandung empedu menyentuh jari pemeriksa selama palpasi kuadran kanan atas. Kandung empedu yang dapat diraba atau kepenuhan kuadran kanan atas ditemukan dalam 30-40% kasus. Penyakit kuning dapat dtemukan pada sekitar 15% pasien.
Tidak adanya temuan positif pada pemeriksaan fisis tidak mengesampingkan diagnosis kolesistitis. Banyak pasien kolesistitis datang dengan nyeri epigastrium tidak khas yang menyebar tanpa lokalisasi ke kuadran kanan atas. Pasien dengan kolesistitis kronis sering tidak memiliki massa teraba pada kuadran kanan atas akibat adanya fibrosis pada kandung empedunya.
Pasien lansia dan pasien dengan diabetes sering memiliki gejala yang atipikal (tidak khas), termasuk tidak adanya demam dan nyeri lokal melainkan hanya gejala samar-samar.
Pertimbangan diagnostik
Keterlambatan dalam membuat diagnosis hasil kolesistitis akut pada insiden yang lebih tinggi morbiditas dan mortalitas. Hal ini terutama berlaku untuk unit (ICU) pasien perawatan intensif yang mengembangkan cholecystitis acalculous. Diagnosis harus dipertimbangkan dan diselidiki dengan segera untuk mencegah hasil yang buruk.
Nyeri kuadran kanan atas pada pasien hamil dapat dikaitkan dengan sejumlah diagnosa yang berbeda, diantaranya preeklampsia, radang usus buntu, dan cholelithiasis. Pasien hamil harus mendapat pemeriksaan menyeluruh karena komplikasi dapat timbul dengan cepat dan dapat mengancam kehidupan baik bagi ibu dan janinnya.
Diagnosis diferensial
Gejala paling umum dari kolesistitis akut adalah nyeri perut bagian atas. Tanda-tanda iritasi peritoneal mungkin dapat ditemukan, dan pada beberapa pasien, nyeri dapat menyebar ke bahu kanan atau tulang belikat . Seringkali rasa sakit dimulai dari daerah epigastrium dan kemudian terlokalisasi di kuadran kanan atas.
Kolik biliaris |
Kebanyakan pasien dengan kolesistitis akut, akan mengutarakan adanya riwayat nyeri bilier. Beberapa pasien mungkin telah positif dinyatakan menderita batu empedu. Kolik bilier yang akalkulus (tanpa batu) juga dapat ditemukan, paling sering pada wanita muda hingga paruh baya. Jumlahnya hampir sama dengan kolik bilier kalkulus dengan perbedaan : nilai laboratorium kolik akalkulus dalam batas normal dan tidak ada temuan cholelithiasis pada USG. Kolesistitis dapat dibedakan dari kolik bilier oleh nyeri berat yang konstan dan menetap lebih dari 6 jam.
Pasien dengan kolesistitis akalkulus mempunyai gejala mirip dengan pasien dengan kolesistitis kalkulus, tapi kolesistitis akalkulus sering terjadi secara tiba-tiba dan pasien nampak sakit parah tanpa adanya riwayat kolik bilier sebelumnya. Seringkali, pasien dengan kolesistitis akalkulus datang dengan keluhan demam dan sepsis saja, tanpa ada riwayat atau temuan pemeriksaan fisik yang konsisten dengan kolesistitis akut.
Kolesistitis pada pasien Lansia (terutama pasien dengan diabetes) dapat menampakkan gejala kolesistitis yang samar-samar dan tanpa banyak temuan baik riwayat maupun fisik. Nyeri dan demam mungkin tidak ada, dan nyeri tekan (tenderness) lokal mungkin satu-satunya tanda fisis. Kolesistitis pada pasien lansia dapat berkembang menjadi kolesistitis berat dengan cepat dan tiba-tiba.
Kolesistitis pada anak-anak juga dapat terjadi tanpa adanya gejala yang khas. Anak-anak yang berisiko tinggi untuk menderita kolesistitis mencakup pasien anak dengan penyakit sel sabit, anak-anak yang sakit parah, anak-anak yang mendapat infus (nutrisi parenteral) berkepanjangan, mereka dengan kondisi hemolitik, dan mereka dengan anomali empedu kongenital.
Komplikasi
Proliferasi bakteri pada kandung empedu yang mengalami obstruksi dapat menimbulkan empiema pada organ bersangkutan. Pasien dengan empiema mungkin akan mengalami reaksi toksik yang ditandai demam yang sering dan leukositosis. Bila ditemukan ada empiema, pasien seringkali memerlukan penanganan kolesistektomi terbuka dari yang sebelumnya hanya laparoskopi.
Pada kasus yang jarang terjadi, sebuah batu empedu yang besar dapat mengikis dinding kandung empedu dan keluar ke organ viseral lain yang berdekatan, biasanya ke duodenum. Sehingga, batu empedu tersebut dapat melekat di ileum terminal atau di bulbus/pylorus duodenum, menyebabkan ileus paralitik batu empedu (gallstone ileus).
Kolesistitis Emfisematosa terjadi pada sekitar 1 % kasus dan ditandai dengan adanya gas dalam dinding kandung empedu akibat invasi organisme yang memproduksi gas, seperti Escherichia coli, Clostridia perfringens, dan spesies Klebsiella. Komplikasi ini lebih sering terjadi pada pasien dengan diabetes, laki-laki , dan 28 % pada kolesistitis akalkulus. Karena tingginya insiden gangren dan perforasi, kolesistektomi darurat dianjurkan. Perforasi dapat terjadi hingga 15 % dari keseluruhan kasus.
Komplikasi lainnya termasuk sepsis dan pankreatitis .
Pemeriksaan Fisis
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan demam, takikardia, dan nyeri di daerah epigastrium atau kuadran kanan atas, seringkali dengan posisi tubuh yang khas (seolah berusaha melindungi organ yang nyeri). Dapat ditemukan tanda Murphy (The Murphy sign), tes yang spesifik namun tidak sensitif untuk kolesistitis, dimana sebagai akibat adanya nyeri maka timbul jeda inspirasi ketika kandung empedu menyentuh jari pemeriksa selama palpasi kuadran kanan atas. Kandung empedu yang dapat diraba atau kepenuhan kuadran kanan atas ditemukan dalam 30-40% kasus. Penyakit kuning dapat dtemukan pada sekitar 15% pasien.
Tidak adanya temuan positif pada pemeriksaan fisis tidak mengesampingkan diagnosis kolesistitis. Banyak pasien kolesistitis datang dengan nyeri epigastrium tidak khas yang menyebar tanpa lokalisasi ke kuadran kanan atas. Pasien dengan kolesistitis kronis sering tidak memiliki massa teraba pada kuadran kanan atas akibat adanya fibrosis pada kandung empedunya.
Pasien lansia dan pasien dengan diabetes sering memiliki gejala yang atipikal (tidak khas), termasuk tidak adanya demam dan nyeri lokal melainkan hanya gejala samar-samar.
Pertimbangan diagnostik
Keterlambatan dalam membuat diagnosis hasil kolesistitis akut pada insiden yang lebih tinggi morbiditas dan mortalitas. Hal ini terutama berlaku untuk unit (ICU) pasien perawatan intensif yang mengembangkan cholecystitis acalculous. Diagnosis harus dipertimbangkan dan diselidiki dengan segera untuk mencegah hasil yang buruk.
Nyeri kuadran kanan atas pada pasien hamil dapat dikaitkan dengan sejumlah diagnosa yang berbeda, diantaranya preeklampsia, radang usus buntu, dan cholelithiasis. Pasien hamil harus mendapat pemeriksaan menyeluruh karena komplikasi dapat timbul dengan cepat dan dapat mengancam kehidupan baik bagi ibu dan janinnya.
Diagnosis diferensial
- Aneurisma aorta abdominal
- Iskemia mesenterika akut
- Radang usus buntu
- Kolik bilier
- Penyakit bilier
- Cholangiocarcinoma
- Cholangitis
- Choledocholithiasis
- Cholelithiasis
- Kanker kandung empedu
- Mucocele kandung empedu
- Tumor Kandung empedu
- Ulkus lambung
- Gastritis Akut
- Pielonefritis Akut