Secara garis besar, Obat anestesi inhalasi dibagi menjadi :
a. obat anestesi yang berbentuk gas
b. obat anestesi yang berbentuk cair dan mudah menguap (Volatile Anaesthetic Agent)
Obat Anestesi yang berbentuk gas
Yang paling sering kita jumpai N2O. Obat anestesi yang berbentuk gas biasanya mempunyai potensi rendah sehingga hanya dipakai sebagai obat induksi atau operasi kecil. Obat anestesi ini mempunyai kelarutan yang rendah dalam darah sehingga tekanan parsial dalam darah cepat tinggi. Batas keamanan obat ini sangat lebar.
N2O (NITROUS OKSIDA)
Nitrous oksida merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa dan mempunyai berat yang lebih besar dari udara. Disimpan dalam bentuk cair dalam suhu kamar dan tekanan 5,0. N2O sukar larut dalam darah dan diekskresi sebagian besar melalui kulit dalam bentuk yang utuh.
Gas ini tidak mudah terbakar, tetapi bila dicampur dengan obat anestesi yang mudah terbakar akan memudahkan terjadi ledakan. Mudah melewati stadium induksi, efek relaksasinya sangat kurang sehingga bila menginginkan relaksasi diperlukan obat pelumpuh otot.
Efek terhadap otot jantung tidak ada, pada sistem pernapasan dikatakan dapat mengurangi respon terhadap CO2. Anestesi dengan N2O yang lama dapat menyebabkan mual, muntah, atau bangunnya lebih lama. Gejala sisa hanya akan timbul bila ada hipoksia atau alkalosis karena hiperventilasi.
Untuk induksi dipakai perbandingan 80% dan 20%, untuk efek analgesi dipakai konsentrasi yang sama. Pada anestesi pemeliharaan dipakai konsentrasi 70% N2O dan 30% O2.
Obat Anestesi yang berbentuk cair dan mudah menguap (Volatile Anaesthetic Agent)
Mempunyai 3 sifat dasar :
a) mempunyai sifat anestesi kuat pada konsentrasi rendah
b) berbentuk cairan pada suhu kamar
c) mudah larut dalam darah, air, sel, dan lemak
Obat yang mempunyai kelarutan yang baik dalam darah dan jaringan memperlambat terjadinya keseimbangan gas anestesi dalam darah, sehingga untuk induksi dibutuhkan waktu yang lebih lama dalam mencapai konsentrasi yang cukup untuk anestesi. Bila stadium yang diinginkan telah tercapai, konsentrasi disesuaikan dengan mempertahankan stadium tersebut. Untuk mempercepat induksi diberikan obat anestesi yang kerjanya cepat dan kemudian diikuti oleh pemberian obat anestesi yang mudah menguap.
Ada 2 golongan obat anestesi yang mudah menguap
1. golongan ether : dietil-ether, vinil-ether
2. Golongan halothan : halothan, etilclorida
ETHER (DIETIL-ETHER)
Merupakan cairan yang tidak berwarna, mudah menguap, berbau merangsang saluran pernapasan, mudah terbakar dan mudah meledak. Ether di tempat terbuka teroksidasi menjadi peroksid dan dengan alkohol membentuk asetaldehida, sehingga eter yang telah terbuka beberapa hari sebaiknya tidak digunakan. Anestesi dengan eter, tahap anestesi tampak dengan jelas.
Mempunyai sifat analgesik yang kuat, relaksasi yang baik. Relaksasi ini terjadi karena adanya efek sentral dan hambatan pada neurovaskuler dan berbeda dengan yang dihasilkan oleh curare, sehingga tak diperlukan neostigain.
Eter memberikan iritasi pada saluran napas dan merangsang sekresi kelenjar bronchus sehingga pada waktu induksi dan pemulihan menimbulkan salivasi (sehingga dikombinasi dengan atropin). Pada stadium yang dalam sekresi tersebut dihambat. Selain itu terjadi depresi napas dan depresi otot jantung.
Depresi otot jantung tidak tampak dengan jelas karena adanya rangsangan saraf simpatis. Pada anestesi yang ringan terjadi dilatasi pembuluh darah sehingga tampak pada kulit yang kemerahan. Pada stadium yang dalam kulit menjadi lembek, pucat, dingin, dan basah. Ether menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah ke ginjal sehingga filtrasi glomerular dan produksi urine menurun, tetapi hal ini reversibel.
Ether menyebabkan mual dan muntah pada saat induksi dan waktu pemulihan. Hal ini terjadi karena rangsangan lambung dan efek sentral ether diabsorpsi dan diekskresi oleh paru dan sebagian kecil diekskresi melalui urine, keringat, air susu, dan berdifusi secara utuh melalui kulit. Jumlah eter yang dibutuhkan tergantung dari berat badan, kondisi badan, dalamnya anestesi dan teknik yang digunakan.
HALOTHAN
Merupakan cairan tak berwarna, berbau enak, tak mudah terbakar dan meledak. Halothan bereaksi dengan perak, tambaga, baja, magnesium, aluminium, brom, karet sehingga alat yang dipakai khusus yang berasal dari bahan tertentu. Dengan nikel, titanium dan polietilen, halothan tidak bereaksi.
Efek analgesi kurang baik dan relaksasinya cukup. Depresi pernapasan terjadi pada semua stadium dimana terjadi analgesi. Terhadap laring dan bronchus dapat mencegah terjadinya spasme. Dapat menghambat salivasi, menyebabkan relaksasi dari a. maseter.
Halothan secara langsung menghambat kerja otot jantung dan otot polos pembuluh darah. Selain itu halothan menurunkan aktivitas safar simpatis. Halothan menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah otot lurik dan pembuluh darah otak. Aktivitas vagal meningkat sehingga dapat terjadi bradikardi. Halothan dapat menimbulkan sentisasi jantung terhadap katekolamin sehingga terjadi aritmia, sebab itu perlu diperhatikan pemberian adrenalin pada anestesi dengan halothan. Penggunaan halothan berulang dapat terjadi kerusakan hepar. Kerusakan ini disebabkan oleh reaksi alergi, gejala yang tampak adalah anoreksia, mual dan muntah dan tampak kemerahan pada kulit. Kerusakan sel hati berupa nekrosis sentrolobuler.
Halothan menghambat kontraksi otot rahim dan mengurangi efektivitas ergotamin dan oksitosin. Hati-hati pada pemberian halothan pada penderita dengan operasi Caesar. Absorpsi dan ekskresi melalui paru. 20% dimetabolisir dalam tubuh dan diekskresi melalui urine dalam bentuk : trifluroasetat, trifluroethanol, dan bromide.
ISOFLURAN (FORANE/AERRANE)
Isofluran merupakan isomer dari enfluran dengan efek-efek samping yang minimal. Induksi dan masa pulih anestesia dengan isofluran cepat.
1. Sifat Fisis
Titik didih 58,5, koefisien partisi darah/gas 1,4, MAC 1,15%
2. Farmakologi
Keuntungan anestesi dengan isofluran antara lain irama jantung stabil dan tidak terangsang oleh adrenalin endogen maupun eksogen. Bangun dari anestesia cepat yang menguntungkan untuk operasi rawat jalan . Pemakaian terhambat oleh harga yang mahal.
a. obat anestesi yang berbentuk gas
b. obat anestesi yang berbentuk cair dan mudah menguap (Volatile Anaesthetic Agent)
Obat Anestesi yang berbentuk gas
Yang paling sering kita jumpai N2O. Obat anestesi yang berbentuk gas biasanya mempunyai potensi rendah sehingga hanya dipakai sebagai obat induksi atau operasi kecil. Obat anestesi ini mempunyai kelarutan yang rendah dalam darah sehingga tekanan parsial dalam darah cepat tinggi. Batas keamanan obat ini sangat lebar.
N2O (NITROUS OKSIDA)
Nitrous oksida merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa dan mempunyai berat yang lebih besar dari udara. Disimpan dalam bentuk cair dalam suhu kamar dan tekanan 5,0. N2O sukar larut dalam darah dan diekskresi sebagian besar melalui kulit dalam bentuk yang utuh.
Gas ini tidak mudah terbakar, tetapi bila dicampur dengan obat anestesi yang mudah terbakar akan memudahkan terjadi ledakan. Mudah melewati stadium induksi, efek relaksasinya sangat kurang sehingga bila menginginkan relaksasi diperlukan obat pelumpuh otot.
Efek terhadap otot jantung tidak ada, pada sistem pernapasan dikatakan dapat mengurangi respon terhadap CO2. Anestesi dengan N2O yang lama dapat menyebabkan mual, muntah, atau bangunnya lebih lama. Gejala sisa hanya akan timbul bila ada hipoksia atau alkalosis karena hiperventilasi.
Untuk induksi dipakai perbandingan 80% dan 20%, untuk efek analgesi dipakai konsentrasi yang sama. Pada anestesi pemeliharaan dipakai konsentrasi 70% N2O dan 30% O2.
Sifat Nitrous Oxida
|
---|
1. Dibuat oleh Priesbley (1772)
2. Digunakan di klinik Colton & Horace Wells (1844) 3. Pembuatan : Dihasilkan dari pemanasan amonium nitrat sampai suhu 245oC – 270oC NH4NO3 -- dipanaskan -- N2O + 2H2O 4. Sifat Fisik :
|
Obat Anestesi yang berbentuk cair dan mudah menguap (Volatile Anaesthetic Agent)
Mempunyai 3 sifat dasar :
a) mempunyai sifat anestesi kuat pada konsentrasi rendah
b) berbentuk cairan pada suhu kamar
c) mudah larut dalam darah, air, sel, dan lemak
Obat yang mempunyai kelarutan yang baik dalam darah dan jaringan memperlambat terjadinya keseimbangan gas anestesi dalam darah, sehingga untuk induksi dibutuhkan waktu yang lebih lama dalam mencapai konsentrasi yang cukup untuk anestesi. Bila stadium yang diinginkan telah tercapai, konsentrasi disesuaikan dengan mempertahankan stadium tersebut. Untuk mempercepat induksi diberikan obat anestesi yang kerjanya cepat dan kemudian diikuti oleh pemberian obat anestesi yang mudah menguap.
Ada 2 golongan obat anestesi yang mudah menguap
1. golongan ether : dietil-ether, vinil-ether
2. Golongan halothan : halothan, etilclorida
ETHER (DIETIL-ETHER)
Merupakan cairan yang tidak berwarna, mudah menguap, berbau merangsang saluran pernapasan, mudah terbakar dan mudah meledak. Ether di tempat terbuka teroksidasi menjadi peroksid dan dengan alkohol membentuk asetaldehida, sehingga eter yang telah terbuka beberapa hari sebaiknya tidak digunakan. Anestesi dengan eter, tahap anestesi tampak dengan jelas.
Mempunyai sifat analgesik yang kuat, relaksasi yang baik. Relaksasi ini terjadi karena adanya efek sentral dan hambatan pada neurovaskuler dan berbeda dengan yang dihasilkan oleh curare, sehingga tak diperlukan neostigain.
Eter memberikan iritasi pada saluran napas dan merangsang sekresi kelenjar bronchus sehingga pada waktu induksi dan pemulihan menimbulkan salivasi (sehingga dikombinasi dengan atropin). Pada stadium yang dalam sekresi tersebut dihambat. Selain itu terjadi depresi napas dan depresi otot jantung.
Depresi otot jantung tidak tampak dengan jelas karena adanya rangsangan saraf simpatis. Pada anestesi yang ringan terjadi dilatasi pembuluh darah sehingga tampak pada kulit yang kemerahan. Pada stadium yang dalam kulit menjadi lembek, pucat, dingin, dan basah. Ether menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah ke ginjal sehingga filtrasi glomerular dan produksi urine menurun, tetapi hal ini reversibel.
Ether menyebabkan mual dan muntah pada saat induksi dan waktu pemulihan. Hal ini terjadi karena rangsangan lambung dan efek sentral ether diabsorpsi dan diekskresi oleh paru dan sebagian kecil diekskresi melalui urine, keringat, air susu, dan berdifusi secara utuh melalui kulit. Jumlah eter yang dibutuhkan tergantung dari berat badan, kondisi badan, dalamnya anestesi dan teknik yang digunakan.
HALOTHAN
Merupakan cairan tak berwarna, berbau enak, tak mudah terbakar dan meledak. Halothan bereaksi dengan perak, tambaga, baja, magnesium, aluminium, brom, karet sehingga alat yang dipakai khusus yang berasal dari bahan tertentu. Dengan nikel, titanium dan polietilen, halothan tidak bereaksi.
Efek analgesi kurang baik dan relaksasinya cukup. Depresi pernapasan terjadi pada semua stadium dimana terjadi analgesi. Terhadap laring dan bronchus dapat mencegah terjadinya spasme. Dapat menghambat salivasi, menyebabkan relaksasi dari a. maseter.
Halothan secara langsung menghambat kerja otot jantung dan otot polos pembuluh darah. Selain itu halothan menurunkan aktivitas safar simpatis. Halothan menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah otot lurik dan pembuluh darah otak. Aktivitas vagal meningkat sehingga dapat terjadi bradikardi. Halothan dapat menimbulkan sentisasi jantung terhadap katekolamin sehingga terjadi aritmia, sebab itu perlu diperhatikan pemberian adrenalin pada anestesi dengan halothan. Penggunaan halothan berulang dapat terjadi kerusakan hepar. Kerusakan ini disebabkan oleh reaksi alergi, gejala yang tampak adalah anoreksia, mual dan muntah dan tampak kemerahan pada kulit. Kerusakan sel hati berupa nekrosis sentrolobuler.
Halothan menghambat kontraksi otot rahim dan mengurangi efektivitas ergotamin dan oksitosin. Hati-hati pada pemberian halothan pada penderita dengan operasi Caesar. Absorpsi dan ekskresi melalui paru. 20% dimetabolisir dalam tubuh dan diekskresi melalui urine dalam bentuk : trifluroasetat, trifluroethanol, dan bromide.
ISOFLURAN (FORANE/AERRANE)
Isofluran merupakan isomer dari enfluran dengan efek-efek samping yang minimal. Induksi dan masa pulih anestesia dengan isofluran cepat.
1. Sifat Fisis
Titik didih 58,5, koefisien partisi darah/gas 1,4, MAC 1,15%
2. Farmakologi
- Sistem pernapasan
Seperti anestetika inhalasi yang lain isofluran juga mendepresi pernapasan, dengan posisi enfluran dan halothan. Volume tidal dan frekuensi napas dapat menurun, menimbulkan dilatasi bronkhus sehingga baik untuk kasus-kasus penyakit paru obstruktif menahun dan asma bronkhial. - Sistem kardiovaskuler
Depresi terhadap jantung minimal dibandingkan enfluran dan halothan. Pada beberapa pasien dapat menyebabkan takikardia. Dapat menurunkan tekanan darah arteri dengan cara menurunkan resistensi perifer total, karena itu dapat digunakan kombinasi dengan teknik hipotensi kendali. - Otot.
Isofluran mempunyai efek relaksasi otot yang baik dan berpotensi dengan obat relaksan. Pada kasus obstetri isofluran pada level anestesi tidak menimbulkan relaksasi uterus sehingga tidak menambah perdarahan. - Susunan Saraf Pusat.
Berbeda dengan enfluran, obat ini tidak menimbulkan perubahan pada gambaran EEG seperti “epileptiform” yang merupakan predisposisi terhadap aktifitas kejang pada stadium dalam anestesia. Aliran darah otak dan tekanan intrakranial tidak dipengaruhi. - Hati dan ginjal
Karena metabolisme yang minimal dari isofluran ini sehingga tidak menimbulkan efek hepatotoksik atau nefrotoksik.
Keuntungan anestesi dengan isofluran antara lain irama jantung stabil dan tidak terangsang oleh adrenalin endogen maupun eksogen. Bangun dari anestesia cepat yang menguntungkan untuk operasi rawat jalan . Pemakaian terhambat oleh harga yang mahal.
1. Disintesa pertama kali oleh Ohio Medical Product (1963). Evaluasi
klinik tahun 1966
2. Rumus kimia : a kloro, 1,1,2 – trifluoro - Etil Difluoro metil ether. 3. Sifat Fisik :
|
Sifat Isofluran (Forane)
|
---|
1. Dikembangkan th 65 oleh OHIO MEDICAL Product
2. Diakui oleh FDA – USA tahun 1980 3. Sifat Fisik :
Harga relatif mahal |