Wednesday, August 17, 2011

Kegawat daruratan saluran cerna pada bayi dan balita

Halfian Tags

Kegawat daruratan saluran cerna pada bayi dan balita merupakan kelainan yang mengancam jiwa dan harus mendapat pertolongan segera. Berikut selayang pandang beberapa kegawat daruratan yang sering ditemukan pada bayi baru lahir maupun balita .

A. Kongenital (bawaan lahir)

Merupakan kegawat daruratan yang paling sering ditemukan. Terdiri atas :

1. Atresia Esofagus (kerongkongan buntu)

Biasanya disertai fistula trakea esofagus dan mudah terjadi pneumonia aspirasi pada anak penderitanya. (0% berupa atresia esofagus proksimal disertai fistel trakeo esofagus. Dan hanya 8% dari seluruh kejadian yang hanya atresia esofagus proksimal.

Gejala yang biasa ditemukan :
  • Neonatus dengan pernafasan berbuih atau air liur banyak.
  • Bila diberi minum akan batuk lalu tubuh membiru (sianosis).
  • 60% ada riwayat polihidramnion.
  • Bila dimasukkan kateter , akan berhenti < 10 cm dari hidung.
Terapi :
  • Sonde ke esofagus untuk menghisap air liur
  • Sonde 2 lumen, 1 NaCl untuk mencairkan liur.
  • Posis tidur tanpa fistel : kepala lebih rendah dari perut
  • Posisi tidur bila dengan fistel : kepala lebih tinggi daripada perut agar jangan terjadi perpindahan liur masuk ke dalam trakea.
  • Pada BBLR (bayi berat badan lahir rendah < 500 gram pergunakan incubator karena pada BBLR suhu tubuh kurang dari 36 °C
Prognosis :
  • Prognosis baik : BB lahir lebih dari 2500 gram + aspirasi minimum.
  • Prognosis sedang : BB lahir lebih dari 2500 gram + pneumonia sedang, BB lahir 1800 - 2500 gram + pneumonia ringan.
  • Prognosis buruk : BB lahir kurang dari 1800 gram + pneumonia berat atau menderita syndrom bawaan lain seperti sindrom Vater (vertebra, anus, trakea, esofagus , radius)
2. Akalasia Esofagus.

Merupakan gangguan pasase parsial distal esofagus dan cardia lambung. Kelainan ini disebabkan gangguan neuromuskular yang berakibat kegagalan relaksasi batas esofagogastrik (batas esofagogastrik jadi sempit) pada proses menelan sehingga menyebabkan dilatasi (pelebaran) bagian proksimal esofagus. Oleh karena sempitnya batas esofagus dan lambung, maka otot berkontraksi tanpa istirahat berusaha untuk melewatkan makanan/air ke dalam lambung. Berlawanan dengan Kalasia dimana otot selalu relaksasi (sehingga terjadi regurgitasi pada kasus ini).

Gejala yang biasanya ditemukan :
  • Muntah susu, dimana susu beum tercerna beberapa hari setelah lahir.
  • Aspirasi pneumoni recurren, gangguan paru berulang.
  • Batuk pada malam hari. sementara pada pagi hari ditemukan lendir atau ludah di bantal.
Pada pemeriksaan radiologi dapat dijumpai :
  • Esofagus proksimal melebar (dilatasi).
  • Esofagus tampak menjadi kecil seperti garis sebelum menembus diafragma, lalu masuk ke dalam lambung (rat tail appearance).
Terapi :
  • Bouginasi : dilebarkan dengan alat serupa busi tumpul.
  • Kateter balon yang dipompa.
  • Miotomi ekstramural (Heller 1914)
3. Stenosis Pylorik Hypertrofik Kongenital.

Merupakan suatu kelainan yang biasanya diturunkan dari orangtua, ayah, atau nenek. Ditandai oleh adanya penebalan (hipertropi) dari otot sirkuler pylorus sehingga lumen menjadi sempit. Biasanya pada anak pertama, jenis kelamin laki-laki dan atau kermbar satu telur. Stenosis ini sering juga disebut stenosis pylorik hipertrofi infantile, disebut infantile karena tidak ditemukan langsung setelah kelahiran. (Gejala muntah baru muncul pada minggu ke-3 dan ke-4).Pada percobaan dengan binatang , ditemukan hormon gastrin meningkat karena stress.

Gambaran Klinik :
  • Muntah yang bersifat projektif (jauh) berisi ASI. Muncul gejala ini pada minggu 3-4 setelah dilahirkan.
  • Setelah muntah, selera minum tetap baik. Bila muntah berulang, dapat terjadi dehidrasi.
  • Pada saat diberi minum, akan tampak dan teraba massa "Rolling ball under the abdominal wall"
Pada pemeriksaan radiologi dapat dijumpai :
  • Foto polos MDO (Mag duodenum Overshieft) akan terlihat obstruksi proksimal dengan 1 gelembung udara di kardia lambung.
  • Foto kontras akan terlihat obstruksi proksimal dengan 1 gelembung udara dan memberi gambaran string sign.
  • Stringsign merupakan gambaran peralihan dari lambung ke duodenum yang bertambah panjang.
gambaran-radiologis-stenosis-pilorus
stenosis pilorus

Terapi adalah dengan melalui pembedahan.
  • Pylorus akan tampak dan teraba seperti tulang rawan
  • Dilakukan pyloromiotomie yakni pengirisan otot sirkuler pylorus lalu luka operasi ditutup lagi (lebih mudah daripada appendiktomi) - Fredet Romstedt (1912)
Prognosis baik.

4. Stenosis Duodenum Kongenital.

Pada keadaan ini, biasanya dijumpai bayi yang muntah projektil berwarna hijau beberapa jam setelah lahir. Warna hijau disebabkan tercampurnya muntah dengan bilirubin. Penyebab stenosis duodenum kongenital diduga disebabkan karena beberapa faktor intrinsik maupun ekstrinsik.

Pada pemeriksaan radiologi dapat dijumpai :
Obstruksi proksimal dengan 2 gelembung udara (1 di kardia lambung, 1 di duodenum)

Pengobatan adalah dengan jalan pembedahan. Yang patut diperhatikan ekstra adalah bila malrotasi disertai volvulus maka mudah terjadi perforasi.

B. Acquired (didapat)

1. Invaginasi / Intususepsi

Merupakan suatu keadaan dimana segmen usus proksimal masuk ke bagian distal atau intususcient. Disebabkan karena gangguan peristaltik antara lain oleh karena pemberian pencahar, penyakit diare, pemberian makanan pada tahun pertama (khususnya 3-6 bulan).

Gejala klinik :
  • Terdapat gejala obstruksi : muntah dan nyeri perut periodik.
  • Ditemukannya darah dan lendir per annum meski tidak disertai feses. Bila darahnya segar disebut "Current jelly stool" dan bila menghitam "disebut "terry stool". Bila sudah menghitam kemungkinan besar sudah terjadi gangren.
  • Teraba massa seperti sosis sepanjang lumen usus : "sausage shape appearance"
  • Bila mencapai rektum teraba seperti portio (pada rahim wanita) - pseudo portio.
  • Terbanyak kejadiannya mengenai segem usus ileo-colica.
Pada periksaan radiologi akan tampak :
  • Terlihat permukaan invaginasi seperti cekungan pila
  • Dengan USG akan tampak gamabran donat yang disebut "doughnut sign"
  • Kadang tampak target sign atau pseudokidney.

Terapinya :
  • Pembedahan dengan indikasi: bila terdapat terry Stool, pseudo portio dan peritonitis atau reposisi barium tidak berhasil (Invaginasi berganda).
  • Reposis Barium . Mula-mula 3/4 meter , maksimal 1 meter. Hati-hati mudah terjadi perforasi,
  • Terapi dengan reposisi Barium, reposisi cairan dan reposisi udara mudah terjadi relaps/kekambuhan kembali (pembesaran kelenjar Divertikulum Meckeli).
  • Reposisi manual (milking reposition) biasanya difiksasi, sehingga relaps tidak mudah terjadi. Bagian yang intususepsi difiksasi lalu dijahit di peritoneum atau ligamen.
2. Massa Ascaris

Biasanya Ascaris (cacing ascaris/gelang) hidup berpasangan pada jejunum (usus halus), berlawanan dengan peristaltik. Dalam jumlah besar dapat bermigrasi ke rongga mulut, rektum, saluran empedu ataupun ke apendiks. Dalam jumlah yang besar pula dapat menyebabkan rangsang mekanik pada reseptor sensorik sehingga dapat menimbulkan perasaan sakit dan spasme lumen.

Ascaris dalam jumlah besar dapat mengeluarkan toksin Ascaron yang bisa memperberat spasme lumen usus. Spasme ditambah massa menyebabkan obstruksi (sumbatan). Spasme lumen menyebabkan perlambatan pergerakan massa sehingga pergerakannya terbatas dan tertumpuk. Massa ascaris biasanya menyumbat usus pada bagian yang paling sempit yakni di segmen ileo-caecal.

Gambaran klinik :
  • Terdapat tanda-tanda obstruksi : nyeri dan distensi abdomen pada anak malnutrisi.
  • Teraba massa dengan bentuk permukaan tidak rata (bergerigi seperti bola takraw)

Pada pemeriksaan radiologi ditemukan :
BNO tampak tanda-tanda obstruksi dengan massa ascaris di lumen usus.


Pengobatan :
  • Bila obstruksi parsial tampak masih ada celah dapat dirawat secara konvensional contohnya bila nyeri perut datang, beri buli-buli panas di atas perut.
  • Bila obstruksi total, segera lakukan operasi demi menghindari perforasi usus.
  • Pengobatan konvensional lainnya yang bisa dilakukan untuk mengurangi spasme dan mengurangi jumlah cacing : beri obat spasmolitik, bila gagal berikan muscular relaxant. Untuk cacing beri antelmentik seperti piperazin 100 mg/kgBB. Jika tidak ada perkembangan obat cacing dilanjut sampai 3 hari pemberian.