Friday, February 7, 2014

Obat Anestesi Intravena

Halfian Tags

Obat anestesi Intravena adalah obat-obat yang digunakan untuk mencapai induksi dan pemeliharaan anestesi yang diberikan secara intravena.

Yang sering dipakai :

  • Gol. Barbiturat

  1. Na pentothal (pentothal)
  2. Na Tiamilal
  3. Na Metoheksital
  • Neuroleptik

  1. Droperidol

  2. Fentanil
  3. DBP (Droperidol, drolepton)
  • Ketamin (ketalar)

Yang populer digunakan di Indonesia : Pentothal dan Ketamin

Obat intravena digunakan :

  • Induksi : pentothal, ketalar : 5 mg/kgBB
  • Gunanya untuk mendapatkan neuroleptanalgesia, anestesi disosiasi, sedasi (sendiri atau kombinasi)
Sedang untuk maintenance digunakan anestesi inhalasi
Pada akhir operasi (± 15 menit sebelum operasi berakhir), obat dikurangi dan diberi muscle relacsan. Diberi juga antidotum dari morfin atau obat-obat analgetik lainnya. Pada akhir operasi jahitan terakhir selesai dan pasien buka mata.

PENTOTHAL

Larutan yang digunakan berkadar 2,5%, bersifat alkalis sehingga bila terjadi suntikan ekstravaskuler dapat menimbulkan kerusakan jaringan. Larutan ini tidak terlalu stabil, akan tetapi selama larutan masih jernih, dapat dipakai dalam waktu 24 – 48 jam setelah pembuatan. Berkurangnya khasiat obat karena redistribusi.
sodium_penthotal
  1. Pengaruh terhadap Susunan Saraf Pusat. Tergantung dosis dan kecepatan pemberian dapat menyebabkan rasa mengantuk sampai koma. Mempunyai khasiat analgesi ringan dan antikonvulsan. Pada dosis yang tidak adekuat, justru mempunyai sifat antianalgesia. Pentothal menurunkan tekanan intrakranial, sering dipakai pada penderita yang menjalani Hypoxic Cerebral Damage Pasca Cardiac Arrest. Pentothal dapat mencegah kenaikan TIK pada waktu intubasi, kecuali bila penderita batuk.
  2. Pengaruh pada Sistem Pernapasan. Menimbulkan depresi, sampai terjadi apnoe, terutama bila pemberian terlalu cepat. Adanya obat premedikasi menambah kemungkinan terjadinya depresi napas. Sering menimbulkan spasme laring dan bronkus, hal ini karena Pentothal menambah kepekaan jalan napas terhadap suatu rangsangan.

PROPOFOL (DIFRIVAN)

Larutan emulsi dengan konsentrasi 1%, metabolisme sangat cepat, terutama karena biotransformasi. Dalam waktu 30 menit setelah pemberian, didapatkan kurang dari 20% propofol yang berada dalam sirkulasi. Onset dan recovery cepat seperti halnya pentothal, tetapi tidak ada hangover dan gangguan psikomotor. Insidens mual dan muntah yang rendah, menyebabkan penderita lebih cepat mobilisasi, dan untuk penderita rawat jalan lebih menguntungkan, karena bisa lebih cepat pulang.

Depresi jantung dan respirasi tergantung pada dosis, pada dosis potent tampaknya propofol sebanding dengan pentothal. Penurunan tekanan darah dan tahanan pembuluh darah perifer lebih besar dibandingkan dengan pentothal, akan tetapi perubahan denyut nadi dan stroke volume lebih nyata pada pemakaian pentothal. Insidens apnu sebanding dengan pentothal, akan tetapi apnu berlangsung lebih lama. Sebelum apnu didahului dengan penurunan volume tidal dan takipnu. Propofol tidak mempunyai khasiat analgesi, juga tidak menurunkan nilai ambang nyeri. Propofol juga menurunkan tekanan intra okuler sebesar 25 – 50%. Pengaruh terhadap hemodinamik dan metabolisme otak masih belum banyak diketahui.

Satu hal yang sering dikeluhkan penderita adalah rasa nyeri pada waktu induksi, yang dapat dikurangi dengan pemberian xylocaine atau penyuntikan pada vena besar di daerah volar atau v. Basilica/Cephalica. Penyulit lain berupa pusing, sakit kepala, adanya gerakan yang tidak terkoordinir atau batuk-batuk.

Dosis :



Propofol 2-2,5 mg/kgBB Intra vena
a. Total intravenous anestesi (Roberts, Anaesthesia 43, 1988)
b. Dosis induksi 2,5 mg/kgBB
c. Maintenance infusion rates :
  • 11 mg/kg/hr first 15 mins
  • 9 mg/kg/hr next 25 mins
  • 6 mg/kg/hr there after
d. Dipakai bersama dengan N2O selama maintenance (De Good Anaesthesia 42, 1987)
  • Loading dose 1 mg/kg BB
  • Maintenance infusion rates :
  • 10 mg/kg/hr first 10 mins
  • 8 mg/kg/hr next 10 mins
  • 6 mg/kg/hr there after

KETAMINE (KETALAR, KETAJET)

Disebut obat anestesi disosiasi (Dissociative Anaesthetic) karena mengakibatkan gangguan fungsi dan elektrofisiologi antara Thalamo-neorocortical dan Limbic Sistim. Dengan demikian setiap rangsangan yang diterima diinterpretasi lain. Hal ini menerangkan mengapa penderita yang mendapat suntikan ketamine kadang-kadang bermimpi buruk atau ber-halusinasi.

Setelah pemberian IV, ketamine secara cepat akan didistribusikan ke jaringan yang perfusinya tinggi, kemudian menagalami redistribusi ke jaringan lemak dan otot. Metabolisme secara cepat terjadi di liver, metabolitnya : Norketamine bersifat aktif. Kecepatan metabolisme ini tergantung pada Hepatic Blood Flow. Sesuai dengan rumus bangunnya dikenal 2 isomer, yaitu : R (-) dan S (+)
Ketamine bentuk S (+) lebih menguntungkan dan lebih paten daripada bentuk R (-).

Cara pemberian :

  • Ketamin sebagai obat tunggalDosis induksi 0,5 – 1,5 mg/kgBB IV perlahan-lahan (1-2 menit) kemudian dilanjutkan dosis maintenance ½-nya tiap 5 – 10 menit tergantung pada respon pasien. Setelah induksi intramuskular 5-10 mg/kgBB IM pembedahan dimulai dalam 5 –10 menit. Tanda “masuk” ke dalam stadium pembedahan adalah mulainya nystagmus dan pandangan mata yang menjadi kosong.

    Gerak-gerik kaki serta rintihan tidak selamanya berarti pasien bangun, kecuali jika jelas gerak dan rintihan tersebut mengiringi setiap stimulasi nyeri. Dosis ulangan ½ nya perlu diberikan setelah kira-kira 20-30 menit. Jika operasi sudah hampir selesai atau perlu tambahan dosis cepat karena pasien tanpa masih bangun, berikan IV 0,5 mg/kgBB

    Ketamin drip dapat diberikan sebagai upaya maintenance yang lebih ekonomis karena total dose jadi lebih sedikit. Dosis perjam adalah 2-4 mg/kg berat badan disesuaikan dengan respon pasien.

    Perlu dicatat bahwa ketamin masih memberikan analgesia selama satu jam post-operasi meskipun pasien sudah sadar kembali. Juga dengan dosis yang belum menyebabkan anestesia, ketamin sudah memberikan analgesia (0,2 – 0,5 mg/kgBB).
  • Ketamin sebagai obat kombinasiDapat diberikan sebagai supplement pada anestesia regional atau kombinasi dengan muscle relaxan untuk laparatomi. Ketamin tidak memberikan relaksasi otot bahkan menyebabkan rigiditas karena hipertonia otot. Jadi untuk operasi intra abdominal atau operasi lain yang memerlukan relaksasi (forceps extraction dan manipulasi jalan lahir) tak dapat dipakai sebagai obat tunggal.

    Kombinasi induksi ketamin 0,5 – 1 mg/kgBB dilanjutkan dengan eter setelah bayi lahir sangat baik untuk Sectio Caesaria sebab dapat dijaminkan bahwa tidak terjadi depresi oleh obat anestetika pada bayi dalam uterus, kombinasi dengan halotan harus ditangani dengan hati-hati.

    Di satu pihak ketamin menyebabkan pengeluaran katekolamin, di lain pihak halotan menyebabkan myocard peka terhadap katekolamin.
Efek ketamin :
  1. Pengaruh pada Sistem Saraf Pusat. Ketamine meningkatkan Cerebral Blood Flow dan ICP, sebagai akibat peningkatan tekanan darah dan vasodilatasi otak, peningkatan ICP tersebut dapat dicegah dengan melakukan hiperventilasi sehingga terjadi penurunan PCO2 30 mmHg.

    Walaupun refleks laring tidak terganggu kecuali pada anestesi yang dalam, dilaporkan adanya aspirasi pada waktu induksi dengan ketamin, jadi untuk penderita dengan perut yang distensi atau puasa yang belum cukup, perlu diamankan dengan pemasangan pipa endotrakheal. Pada waktu induksi dapat pula terjadi gerakan-gerakan yang tidak terkoordinir, bahkan tonus yang meningkat, bila terjadi pada otot rahang dapat menimbulkan gangguan napas, bahkan sampai terjadi cianosis.
  2. Pengaruh pada Sistem SirkulasiKetamine mempunyai khasiat yang dapat mempertahankan integritas kardiovaskuler, dengan peningkatan rate/pressure product, tanpa menimbulkan perubahan stroke volume yang berarti pengaruh ketamin pada sistem sirkulasi disebabkan karena adanya rangsangan SSP yang meningkatkan denyut jantung dan karena terjadinya vasokonstriksi, selain itu juga terjadi hambatan Noradrenalin di serat postganglionik. Jika dilakukan hambatan pada sistem saraf simpatis maka ketamine akan mengakibatkan depresi pada miokard dan vasodilatasi perifer.

    Pemberian ketamine akan meningkatkan tekanan darah sebesar 30 – 40 mmHg, terjadi 3 – 5 menit setelah induksi, kemudian secara berangsur akan kembali ke tekanan darah normal dalam waktu 12 – 20 menit. Penggunaan ketamine jarang mengakibatkan aritmia.
  3. Pengaruh pada Sistem PernapasanDosis 1-2 mg/kgBB dapat menimbulkan depresi pernapasan, walaupun sifatnya minimal dan sebentar. Pada penderita dengan jalan napas yang peka penggunaan ketamine sangat menguntungkan, karena terjadi penurunan tahanan jalan napas dan mengurangi adanya bronchospasme. Ketamine meningkatkan produksi saliva dan sekret tracheobronchial, yang dapat dicegah dengan pemberian antisialogogue (misalnya sulfat atropin).

Salah satu hambatan penggunaan ketamine adalah adanya gangguan psikomotorik pada saat penderita mulai sadar, Insiden ini rendah bila digunakan pada penderita yang dilakukan Sectio Caesaria, atau penderita yang menggunakan kombinasi obat inhalasi/AIV lain. Benzodiazepines merupakan obat pilihan untuk mencegah timbulnya penyulit tersebut, dapat diberikan baik sebagai premedikasi atau diberikan sebelum penderita mulai bangun.

Halusinasi, teriak-teriak, menangis, gerakan tak teratur, mimpi buruk, ini menyebabkan pemakaian ketamin agak kurang. Insiden terjadinya hal ini antara 5 – 30% dari penderita yang dianestesi dengan ketamin.

Hal ini juga dipengaruhi oleh :
  1. Sex perempuan lebih banyak daripada laki-laki
  2. Dosis ketamin  pemakaian > 2 mg/kgBB insiden naik
  3. Umur
    • < 16 tahun insiden kurang
    • > 16 tahun insiden naik
    • pada orang tua insiden turun lagi
       
  4. Penderita-penderita yang ketakutan sebelum operasi insiden naik
Bagaimana terjadinya
Hal ini berhubungan dengan kerja ketamine pada susunan saraf pusat. Ketamine mengadakan dissociative anestesi pada area thalamus dan limbic. Kedua area ini secara normal akan meneruksan rangsangan dari saraf tepi ke cortex cerebri yang sesuai sehingga didapat gambaran yang benar tentang rangsangan-rangsangan yang masuk tadi.

Dengan pemberian ketamine maka rangsangan yang masuk dari saraf tepi tadi, ditafsir salah oleh cortex cerebri (ketamine mengganggu jalan rangsangan di thalamus dan limbic area) sehingga terjadi gambaran halusinasi, mimpi yang tak menyenangkan, gerakan-gerakan tak terkoordinasi dan sebagainya.

Bagaimana cara penanggulangannya
Ada 2 cara :
  1. Secara psikologis (kejiwaan). Proprioceptive penderita diberikan penjelasan tentang hal-hal yang positif yang sehubungan dengan operasinya sehingga penderita lebih tenang menghadapi operasi.
  2. Dengan menggunakan obat-obatan. Obat-obatan yang sering dipakai adalah golongan Benzodiazepine.

BENZODIAZEPINE

Merupakan obat yang :
  1. Margin of safety-nya luas (batas keselamatan besar)
  2. Memberikan anterograde amnesia
  3. Menghilangkan rasa cemas
  4. Sedative dan hypnotic
  5. Pada dosis normal memberikan gangguan minimal pada jantung dan paru
Kerja Benzodiazepnines
Susunan saraf pusat mempunyai zat penghubung kimia (neurotrans-mitter) antara saraf yang satu dengan yang lainnya. Neurotransmitter ini ada yang bersifat penghambat (inhibitor) dan penerus (excitator).

Yang inhibitor misalnya :
  • Glycine
  • Gamma-amino-butyric acid
  • Taurin, dll
Yang excitator misalnya
  • Dopamine
  • Norepinephrine
  • Serotonin
  • Glutamat dan aspartat
Sebagai anti cemas :

Benzodiazepine menaikkan kemampuan Glycine sebagai inhibitor

Sebagai sedative dan hypnotic :

Kualitatif efek kerja golongan benzodiazepine mirip satu sama lain tetapi secara kuantitatif sifat farmakologik dan farmakokinetiknya berbeda. Mekanisme kerja dan tempat kerja pada SSP, kerja benzodiazepine diduga berdasarkan potensiasi inhibisi neuron dengan GABA sebagai mediator.

Aktifitas benzodiazepine yang telah diketahui ialah menimbulkan potensiasi terhadap kerja GABA pada neuron semua tingkat neuratixis. Midazolam termasuk kelas imidazol benzodiazepine yang terbaru, seperti semua benzodiazepine bekerja melalui reseptor spesifik benzodiazepine di SSP. Reseptor GABA adalah suatu neurotransmitter inhibitor terpenting yang mengatur influk ion klorida ke dalam membran neuron post synaptik untuk menimbulkan sedasi benzodiazepine dalam jumlah minimal harus ada.

GOLONGAN DROPERIDOL

Sediaan : 1 ml = 2,5 mg, 1 amp = 2 ml = 5 mg
  • Merupakan obat-obatan untuk gangguan jiwa
  • Menghilangkan rasa cemas untuk penderita gangguan jiwa
  • Kurang efektif untuk rasa cemas yang akut
  • Kerja obat ini dengan jalan menghambat kerja dopamine sebagai neurotransmitter excitator di susunan saraf pusat.
  • Onset of action 5 – 7 menit setelah pemberian IV
  • Duration of action 2 – 6 jam sampai 24 jam
  • Margin of safety luas (batas keselamatan lebar)
  • Metabolisme di hepar
  • Merupakan obat anti emetik yang kuat.
  • Dosis :
    Untuk premedikasi 1,25 mg intramuskular
    Untuk intravena 1,25 – 2,5 mg cukup efektif

Catatan
Merupakan alpha adrenergic blokade yang dapat menyebabkan vasodilatasi perifer dapat menyebabkan tensi turun.
Jangan diberikan pada penderita :
  • hipovolemia
  • penderita parkinson
  • epilepsi
  • adanya gejala extrapyramidal
Dengan adanya alpha adrenergic blokade menyebabkan obat ini dapat mengurangi hipertensi pada pemakaian ketamine (ketamine menyebabkan pengeluaran adrenalin)

EFEK SAMPING

Berbeda dengan obat anestesi inhalasi, maka obat AIV mempunyai sifat bahwa sekali obat dimasukkan, tidak ada cara lain untuk mempercepat pengeluaran obat tersebut (One way Traffic). Pengaruh obat AIV akan menurun karena proses REDISTRIBUSI dan BIOTRANSFORMASI. Pada dasarnya efek samping yang terjadi dapat dibagi menjadi :

1. Berhubungan dengan INDUKSI
  • eksitasi
  • batuk spasme hiccup
  • depresi jantung dan sirkulasi
  • nyeri suntik
2. REAKSI JARINGAN
  • trombophlebitis
  • kerusakan jaringan bila ekstravasasi atau keliru masuk arteri
3. Berhubungan dengan RECOVERY
  • psikis, eksitasi
  • mual, muntah
  • pusing, sakit kepala, hangover
  • tidur lama
3. HYPERSENSITIVITY
  • reaksi anaphylaksis, skin rash
  • bronchospasme